Akan Ada Cincin Api Baru di Samudra Atlantik 20 Juta Tahun Lagi, Bisa Picu Gempa Dahsyat

Crysania Suhartanto
Minggu, 17 Maret 2024 | 19:55 WIB
Akan Ada Cincin Api Baru di Samudra Atlantik 20 Juta Tahun Lagi, Bisa Picu Gempa Dahsyat./Facebook
Akan Ada Cincin Api Baru di Samudra Atlantik 20 Juta Tahun Lagi, Bisa Picu Gempa Dahsyat./Facebook
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Studi terbaru menemukan adanya zona subduksi di Samudra Atlantik yang masih aktif dan dapat melahirkan cincin api baru dalam waktu 20 juta tahun lagi. 

Dikutip dari Live Science, zona subduksi tersebut saat ini berada di bawah Selat Gibraltar yang bergerak mengarah ke arah barat atau Samudra Atlantik. 

Pergerakan ini sebenarnya sudah dimulai sejak 30 juta tahun yang lalu, ketika zona subduksi terbentuk di sepanjang pantai utara atau yang kini disebut sebagai Laut Mediterania. Namun pergerakan ini terhenti dalam 5 juta tahun terakhir, sehingga beberapa peneliti pun mengira bahwa zona ini telah mati.

Akan tetapi, berdasarkan penelitian yang terbaru yang diunggah dalam Jurnal Geology, ternyata zona tersebut hanya berada di periode tenang. Periode tenang ini akan berlangsung selama 20 juta tahun lagi.

Adapun setelah itu, Selat Gibraltar akan melanjutkan pergerakannya dan menerobos Atlantik. Proses inipun disebut sebagai invasi subduksi. 

Diketahui, ahli geologi dan asisten profesor di Universitas Lisbon Joao Duarte bersama rekannya membuat model komputer yang mensimulasikan lahirnya zona subduksi pada zaman Oligosen yang berada sekitar 34 juta hingga 23 juta tahun yang lalu. 

Adapun pada saat uji coba, peneliti tersebut melihat adanya penurunan kecepatan pergerakan bumi secara tiba-tiba pada 5 juta tahun yang lalu, saat hendak mendekati batas Atlantik. “Pada titik ini, zona subduksi Gibraltar tampaknya gagal,” ujar Duarte. 

Adapun tim pun memodelkan pergerakan bumi tersebut hingga 40 juta tahun ke depan. Menariknya, pergerakan bumi tersebut akhirnya berhasil melewati Selat Gibraltar. 

“Yang mengejutkan, setelah titik ini, parit mengalami penurunan yang perlahan, tetapi makin cepat. Zoan subduksi pun melebar dan menyebar ke arah laut,” ujar para peneliti dalam studi tersebut. 

Adapun Duarte mengatakan hal ini baru diketahui karena alat dan komputer canggih yang digunakan belum tersedia pada beberapa tahun yang lalu. 

Lebih lanjut, Duarte mengatakan perubahan bentuk tanah ini bisa membuat adanya gempa bumi yang besar di wilayah tersebut. 

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper