Bisnis.com, JAKARTA - Seseorang yang mengeklaim dirinya sebagai enteprenaur dan insinyur, Luis Wenus, menciptakan drone dengan sistem kecerdasan buatan atau AI yang dapat mendeteksi dan mengejar target layaknya sebuah permainan.
Drone ini juga diklaim dapat digunakan untuk memburu dan melumpuhkan target manusia. Pemanfaatannya diramal bakal makin banyak beberapa tahun ke depan.
Bekerja sama dengan seorang insinyur lainnya, Robert Lukoszko, mereka mengonfigurasi pengenalan wajah ke dalam drone, yang dapat berfungsi dalam jangkauan hingga 10 meter. Hal ini berarti memungkinkan drone bersenjata yang bisa digunakan untuk menyerang seseorang secara spesifik atau sekumpulan target.
Mereka juga mengklaim telah berhasil membuat drone pelacak/pembunuh yang dikendalikan oleh AI itu hanya dalam beberapa jam. Hal ini membuatnya menyadari potensinya yang menakutkan. Dia juga menyayangkan kurangnya sistem anti-drone untuk acara besar dan ruang publik, menyoroti perlunya langkah-langkah tersebut.
"Anda dapat dengan mudah mengikat sejumlah kecil bahan peledak ke dalamnya dan membiarkan 100 bahan peledak beterbangan. Kami memeriksa bom dan senjata tetapi belum ada sistem anti-drone untuk acara bersar dan ruang umum," tulisnya di X, Rabu (13/3/2024).
we built an AI-controlled homing/killer drone -- full video pic.twitter.com/xJVlkswKaq
— Luis Wenus (@luiswenus) March 2, 2024
Dia berspekulasi bahwa serangan teror yang menggunakan teknologi ini kemungkinan akan terjadi dalam beberapa tahun mendatang. Meskipun saat ini pembuatan teknologi semacam itu memerlukan pengetahuan teknis tertentu, namun akan makin mudah dilakukan.
Dia juga menekankan perlunya untuk segera membangun sistem anti-drone untuk area sipil.
"Kita perlu membangun sistem anti-drone untuk ruang sipil secepatnya," tulisnya.
Meskipun biasanya dia adalah seorang pendukung prinsip open-source, namun ia memutuskan untuk tidak membagikan informasi saat ini, mengakui bahwa proses pengkodean sangat mudah, tetapi tidak bijaksana untuk memfasilitasi penyebarannya.
Melansir dari Robin Radar, ada beberapa tindakan pencegahan yang dapat dibangun oleh masyarakat, termasuk kamera, sensor akustik, dan radar untuk mendeteksi drone. Namun, mengganggu drone tersebut bisa memerlukan teknologi seperti pengganggu frekuensi radio, pemalsu GPS, senjata jaring, serta laser berenergi tinggi.
Sebagai contoh, menurut laporan dari Wall Street Journal (WSJ), Ukraina telah mengembangkan drone peledak sebagai respons terhadap invasi Rusia, meskipun senjata-senjata tersebut belum digunakan dalam lingkungan sipil, tetapi telah direncanakan dan digunakan dalam konteks perang. (Muhammad Diva Farel Ramadhan)