Bisnis.com, SLEMAN - Universitas Gadjah Mada (UGM) meresmikan Center of Artificial Intelligence Ethics pada Jumat (8/3/2024). Pusat kajian terbaru yang dikelola Fakultas Filsafat UGM itu merupakan respons universitas atas pesatnya perkembangan teknologi kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) di Tanah Air.
"Fakultas Filsafat berkomitmen penuh untuk serta berkontribusi dalam hal menyusun panduan etik perkembangan AI ini," kata Dekan Fakultas Filsafat UGM Rr Siti Murtiningsih saat membuka diskusi sekaligus peluncuran Center of Artificial Intelligence Ethics di Balai Senat UGM, Bulaksumur, Kabupaten Sleman.
Murtiningsih menuturkan perkembangan AI menawarkan potensi yang luar biasa untuk meningkatkan efisiensi, produktivitas, dan kualitas hidup manusia. Namun demikian, dari sekian banyak manfaat yang ditawarkan, pemanfaatan AI masih menyisakan berbagai problem etis.
"Salah satu isu krusial yang muncul adalah bagaimana kemudian kita mengatur dan mengelola AI dengan sangat tepat. Memastikan bahwa perkembangannya sejalan dengan nilai moral dan etika yang mendasari masyarakat dan tidak merugikan dari aspek kemanusiaan itu sendiri," jelas Murtiningsih.
Menurut Murtiningsih, etika sebagai cabang keilmuan khusus dalam Ilmu Filsafat, menjadi penting untuk mendukung penyusunan instrumen hukum yang bersifat mengikat.
"Etika sangat dibutuhkan dalam perumusan Undang-Undang, formasi prinsip etis ini memerlukan kerja lintas keilmuan," tambahnya.
Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika, Nezar Patria, menyebut keberadaan Center of Artificial Intelligence Ethics menjadi pelengkap dari beberapa pusat studi kecerdasan buatan yang sudah lebih dulu dimiliki UGM.
"Ini penting dalam kaitannya kita mencoba meminimalkan risiko-risiko dan dia [AI] bisa digunakan dengan menghormati nilai dasar kemanusiaan. Kita coba mencegah produk AI yang misalnya dapat memicu diskriminasi," jelasnya.
Director Government Affairs Microsoft Indonesia & Brunei Darussalam, Ajar Edi, menyebut etika pemanfaatan AI menjadi salah satu prinsip penting yang coba diterapkan Microsoft secara global. Ajar menyampaikan bahwa perusahaan teknologi itu berusaha untuk menjalankan prinsip yang bertanggung jawab, inklusif, dan memastikan aspek keamanan dalam pemanfaatan teknologi AI.
Lebih lanjut, Ajar meyakini bahwa pemanfaatan teknologi termasuk kecerdasan buatan punya kekuatan untuk mendorong Produk Domestik Bruto (PDB) suatu negara.
"Teknologi ini memiliki dua mata sisi, dia bisa menjadi senjata atau alat. Tetapi kami, sebagai company, meyakini bahwa teknologi bisa menjadi alat untuk mencapai kemakmuran dan memberikan manfaat bagi banyak pihak," terangnya.