Bisnis.com, JAKARTA - Perusahaan raksasa teknologi Amerika Serikat, International Business Machine Corporation (IBM) menyebut alasan pengembangan kecerdasan buatan (AI) yang masih stagnan di Indonesia adalah karena kurangnya dana.
Presiden Direktur IBM Indonesia Roy Kosasih mengatakan bahwa prioritas Pemerintah Indonesia memang masih menitik beratkan pada pemenuhan kebutuhan pokok bagi seluruh masyarakat Indonesia, salah satunya untuk beras. Alhasil, anggaran untuk teknologi belum optimal.
“Kalau bisa bilang kita sih, bukan tidak punya uang,” ujar Roy sembari bercanda, Rabu (6/3/2024).
Lebih lanjut, kata Roy, pendapatan belanja Indonesia untuk teknologi juga jauh berada di bawah negara-negara tetangga ataupun negara maju.
Roy mencontohkan persentase belanja teknologi Indonesia baru 0,02%. Padahal, Filipina sudah mencapai 0,07%, Singapura 2%, dan Amerika yang mencapai 4%.
Roy mengatakan, hal ini tidak terlepas dari status Indonesia yang masih berada di negara berkembang, sehingga tidak dapat dibandingkan dengan negara-negara yang memang sudah jauh melakukan pengembangan tentang AI.
Senada, Founder dan President dari KORIKA Hammam Riza mengatakan kemajuan teknologi rata-rata diserap oleh negara berpenghasilan menengah ke atas, sementara untuk negara berpenghasilan menengah ke bawah masih mendukung kesejahteraan pangan.
“Kami saat ini sedang bekerja sama dengan pemerintah untuk bagaimana menggunakan AI untuk meningkatkan perkebunan, nanti bisa melihat tanah-tanah atau area yang berpotensi untuk meningkatkan pertanian Indonesia,” ujar Hammam.
Lebih lanjut, Hammam mengatakan AI Readiness Index Indonesia memang berada jauh di bawah negara-negara lainnya. Hammam mencontohkan Singapura yang berada di nomor 3 dan Indonesia yang berada di nomor 46.
Namun, Hammam mengakui talenta digital Indonesia memang salah satu yang terhitung lebih baik daripada negara-negara lainnya.
Alhasil, Hammam menyarankan pemerintah untuk lebih perhatian pada pengembangan teknologi di dalam negeri, terlebih pemerintah telah membuat peraturan terkait AI.
“Governance harus diikuti dengan tindakan dong, buat apa diatur tetapi tidak ada pengembangan infrastruktur-nya masih jauh, data governance-nya kita masih belum tuntas, dari keamanan, dari pendanaan,” ujar Hammam.