Bisnis.com, JAKARTA - Satelit Merah Putih 2 milik anak usaha PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk., Telkomsat, berhasil mengorbit dari Cape Canaveral, Florida, Amerika Serikat, pukul 03.00 WIB, Rabu (21/2/2024). Banyak fakta menarik dibalik peluncuran tersebut.
Satelit ke-11 Telkomsat itu menggunakan teknologi High Throughput Satellite (HTS) dan akan menempati slot orbit 113 derajat Bujur Timur (113 BT) atau berada tepat di atas Pulau Kalimantan.
Kini, satelit sudah meluncur ke titik tertinggi satelit dan kemudian akan menuju orbit yang sebenarnya hingga 3 Maret 2024. Adapun semua proses peluncuran diperkirakan dapat selesai per 27-28 Maret 2024.
Berikut 8 Fakta tentang Satelit Merah Putih 2 Telkom:
Investasi Rp3,5 Triliun
Telkom menggelontorkan dana sebesar Rp3,5 triliun untuk satelit geostasioner Merah Putih-2. CEO Telkomsat Lukman Hakim mengatakan dana tersebut sudah meliputi pembiayaan mulai dari pembuatan satelit hingga ground segment atau stasiun bumi sebagai penangkap sinyal, yang berlokasi di Cibinong, Jawa Barat.
“Total investasi yang Telkom lakukan untuk satelit Merah Putih-2 ini untuk total sistem dari satelitnya sampai ground segment itu sekitar Rp3,5 triliun,” ujar Lukman.
Dikutip dari laman Kemenkominfo, angka inipun jauh lebih mahal dibandingkan pendahulunya yang diluncurkan pada 2018, yakni satelit Merah Putih yang memakan biaya proyek sebesar Rp2,38 triliun.
Namun, memang produsen pembuat kedua satelit ini berbeda. Pada satelit Merah Putih, pembangunannya melibatkan perusahaan Amerika Serikat SSL.
Sementara untuk satelit Merah Putih 2, Telkom bekerja sama dengan Thales Alenia Space, produsen satelit asal Prancis yang sebelumnya sudah pernah membuat satelit pemerintah Satria-1. Adapun projek ini dibuat dalam kurung dua tahun, tepatnya sejak akhir 2021.
Bidik Pasar Korporasi
Satelit Merah Putih-2 akan membidik pasar reseller dan enterprise di daerah-daerah pelosok di Indonesia. Sektor pertambangan dan maritim menjadi pasar potensial karena wilayah tersebut tidak terjangkau oleh kabel serat optik. “Karena terestrial pasti tidak akan bisa jauh masuk ke dalam area maritim, mungkin (terrestrial) hanya 12 kilo atau 15 kilo maksimum dari bibir pantai, dan itu sisanya adalah menjadi area market dari satelit bisnis,” kata Lukman.
Beda Pasar dengan Starlink Elon Musk
Direktur Utama PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM) Ririek Ardiansyah mengatakan segmen pelanggan Merah Putih 2 dengan Starlink, milik Elon Musk berbeda.
Starlink akan lebih menyasar pelanggan dengan kebutuhan internet cepat dan mampu untuk membayar dengan harga mahal. Sementara Merah Putih-2 akan menyasar pelanggan yang membutuhkan internet hanya untuk berkomunikasi dengan harga yang lebih murah.
Diketahui sejak 2023, Telkomsat sudah bekerjasama dengan perusahaan satelit Starlink milik Elon Musk untuk menyediakan jaringan pengalur (backhaul).
Ririek menjelaskan, perbedaan segmentasi konsumen ini disebabkan oleh lokasi orbit dari Starlink dan Merah Putih-2 cukup berbeda. Ririek mengatakan Starlink adalah satelit low earth orbit (LEO) yang berada di ketinggian 400-1.200 km di atas permukaan laut.
“Kalau satelit merah putih ada di orbit geostasioner (GEO). GEO itu kira-kira 36.000 km dari permukaan laut,” ujar Ririek dalam konferensi pers daring, Rabu (21/2/2024).
Ririek mengatakan, hal inipun yang menyebabkan latensi atau kecepatan internet Starlink jadi lebih cepat dibandingkan satelit Merah Putih-2.
Oleh karena itu, untuk hal-hal yang membutuhkan latensi atau kecepatan tinggi, maka pilihannya adalah Starlink. Namun, Ririek mengaku biaya berlangganan Starlink memang jauh lebih mahal daripada Merah Putih-2.
“Nah yang level berikutnya ya yang besar, yang Merah Putih. Jadi tergantung pelanggannya mau butuh yang mana. Itu nanti ada yang bisa menggunakan merah putih, ada yang bisa menggunakan Starlink,” ujar Ririek.
Ditunggu 5 Perusahaan
Telkom menyebut satelit khusus internet atau High Throughput Satellite (HTS) mereka telah ditunggu oleh 5 korporasi.
Lukman mengaku satelit ini nantinya akan paling banyak menyasar pasar reseller kepada perusahaan VSAT dan operator telekomunikasi mobile, karena dapat mempermudah mereka saat menyasar daerah-daerah pelosok di Indonesia.
“Terutama di daerah-daerah yang terpencil, termasuk juga mungkin di laut gitu ya. Jadi dengan adanya satelit ini, maka diharapkan operator VSAT, operator seluler, itu akan dipermudah manakala untuk membutuhkan back-all atau konektivitas dari bisa jadi BTS ke berbagai elemen network yang lain,” ujar Lukman.
Kapasitas dan Frekuensi
Direktur Utama Telkom Ririek Adriansyah mengatakan Satelit Merah Putih 2 membawa transponder aktif yang terdiri dari frekuensi C-band dan Ku-band, yang akan menjangkau seluruh area Indonesia. Sebelumnya Telkom telah meluncurkan Satelit Merah Putih pada tahun 2018 dengan penempatan pada slot orbit 108 BT.
Ririek menuturkan Satelit Merah Putih 2 menjadi harapan sekaligus wujud komitmen Telkom untuk mendukung pemerataan konektivitas di seluruh Indonesia, melengkapi infrastruktur darat dan laut yang kami miliki.
"Telkom meyakini dengan adanya pemerataan akses informasi ini diharapkan dapat mengakselerasi digitalisasi masyarakat di berbagai aspek,” kata Ririek.