Bisnis.com, JAKARTA - Koalisi perusahaan teknologi global, yang didalamnya terdapat OpenAI, Microsoft dan Adobe, mengumumkan kesepakatan untuk bersatu dalam melawan konten kecerdasan buatan (AI) yang menyesatkan dan membahayakan proses demokrasi di seluruh dunia.
Kesepakatan tersebut, diungkapkan dalam Munich Security Conference Jumat (16/2/2024). Langkah ini sekaligus menandai momen penting dalam mengatasi kekhawatiran atas potensi eksploitasi AI untuk memanipulasi pemilihan umum saat miliaran orang bersiap untuk memberikan suara mereka.
Presiden Urusan Global Meta Platforms Nick Clegg mengatakan tindakan kolektif perlu diambul untuk mengatasi tantangan yang kompleks, yang ditimbulkan oleh manipulasi AI.
"Banyaknya perusahaan yang menandatangani kesepakatan ini adalah bukti kekuatannya," kata Clegg dikutip dari Reuters, Senin (19/2/2024).
Dia menambahkan sebenarnya semua akan baik-baik saja jika platform-platform individual mengembangkan kebijakan baru terkait deteksi, pelabelan, pemberian watermark, dan sebagainya. Ataupun cara lainnya adalah komitmen yang lebih luas untuk melakukannya secara bersama-sama.
Dengan berkembang pesatnya teknologi generative AI, yang mampu dengan cepat menghasilkan teks, gambar, dan video sebagai respons terhadap ‘prompts’, telah memicu alarm terkait penyalahgunaannya untuk mempengaruhi hasil pemilihan.
Dipimpin oleh raksasa industri termasuk OpenAI, Microsoft, dan Adobe, koalisi tersebut meliputi berbagai pemangku kepentingan, termasuk raksasa media sosial seperti Meta Platforms (sebelumnya Facebook), TikTok, dan X (sebelumnya Twitter).
Pusat dari kesepakatan tersebut adalah komitmen untuk berkolaborasi dalam mengembangkan alat-alat canggih untuk mendeteksi dan melawan konten AI yang menyesatkan di berbagai media, termasuk gambar, video, dan audio.
Selain itu, para penandatangan berjanji untuk meluncurkan kampanye kesadaran publik yang luas bertujuan untuk mengedukasi pemilih tentang bahaya konten yang menyesatkan dan untuk mengambil tindakan tegas terhadap konten tersebut di platform mereka.
Teknologi inovatif seperti watermarking dan penyisipan metadata dijadwalkan akan memainkan peran penting dalam upaya untuk mengautentikasi asal-usul konten yang dihasilkan oleh AI dan membatasi pengaruh jahatnya. Meskipun kesepakatan tersebut tidak menyebutkan jadwal waktu untuk implementasi, tetapi tujuan utamanya adalah untuk memupuk kerangka kerja yang bersatu.
Urgensi misi koalisi tersebut ditekankan oleh insiden-insiden terbaru penyalahgunaan AI dalam konteks pemilihan umum. Terutama, pada bulan Januari, sebuah panggilan robot yang menampilkan rekaman audio palsu dari Presiden AS Joe Biden beredar di antara pemilih di New Hampshire, mendorong mereka untuk menahan diri dari memberikan suara selama pemilihan presiden negara bagian tersebut.
Meskipun alat-alat generasi teks seperti ChatGPT dari OpenAI tetap populer, fokus utamanya terletak pada mitigasi dampak-dampak negatif dari foto, video, dan audio yang dihasilkan oleh AI.
Chief Trust Officer Adobe Dana Rao menyoroti dorongan emosional dari konten audio, foto dan video yang mengatakan bahwa individu lebih rentan terhadap manipulasi ketika dihadapkan dengan stimulus audiovisual.
"Ada koneksi emosional dengan audio, video, dan gambar," tegas Rao.
Intinya, upaya kolaboratif di antara para raksasa teknologi mewakili komitmen teguh untuk memperkuat integritas sistem pemilihan umum dan melindungi nilai-nilai demokratis dalam menghadapi ancaman teknologi yang terus berkembang. (Muhammad Diva Farel Ramadhan)