Bisnis.com, JAKARTA - Sejumlah ilmuwan melakukan simulasi perihal perang nuklir antara Amerika Serikat dengan Rusia. Perkiraan sementara, peristiwa tersebut bakal mengakibatkan suhu global menurun secara hebat dan membuat 99% manusia mengalami kelaparan.
Dikutip dari Time, Professor AI Massachusetts Institute of Technology Max Tegmark dan tim melakukan penelitian tentang simulasi perang nuklir realistis secara ilmiah.
Simulasi ini menggabungkan pemodelan rinci terkait penargetan nuklir, lintasan rudal, ledakan dan gelombang elektromagnetik, serta dampak karbon hitam di seluruh dunia.
Berdasarkan penelitian itu, Tegmark mengatakan, tidak peduli siapa yang memulai perang, tetapi ketika satu pihak meluncurkan rudal nuklir, maka pihak lain akan langsung mendeteksi dan meluncurkan rudal nuklir balasan.
Kemudian, Tegmark memprediksi Amerika Serikat menyerang Rusia dengan mengirim rudal balistik melalui laut dari Norwegia bagian barat. Dilanjut, Rusia juga akan meluncurkan serangan rudal balasan yang dikirim melalui pangkalan militer Kanada utara.
Serangan kedua inipun akan berdampak pada rusaknya perangkat elektronik dan jaringan listrik di kedua wilayah.
Lalu, Tegmark memprediksi serangan selanjutnya akan menggunakan rudal balistik antar benua berbasis darat yang menargetkan pusat komando dan fasilitas peluncuran nuklir. Pada kesempatan ini, kota-kota besar yang akan menjadi sasaran empuk.
Negara Inggris dan Prancis yang sebenarnya juga memiliki kemampuan nuklir, tetapi kedua negara itu terikat dengan regulasi NATO pasal 5 yang mewajibkan mereka untuk membela Amerika. Alhasil, Rusia juga akan turut menyerang mereka.
“Setiap ledakan (rudal) menciptakan bola api yang sama panasnya dengan inti matahari, diikuti oleh radiasi radioaktif. Ledakan hebat ini mampu membakar orang serta menyebabkan kebutaan,” ujar Tegmark dikutip dari Time.
Lanjut Tegmark, bola api ini juga akan berefek domino bagi daerah sekitar ledakan. Nantinya, kata Tegmark, bola api akan menyebabkan gelombang ledakan yang mampu merusak dan menghancurkan bangunan-bangunan.
Sayangnya, bola api ini juga akan menyebar lebih luas karena adanya angin akibat pesawat-pesawat jet yang melintas.
“Badai api melanda banyak kota, dimana angin setinggi badai mengipasi api, menyulut apa pun yang dapat terbakar, melelehkan kaca dan beberapa logam, serta mengubah aspal menjadi cairan panas yang mudah terbakar,” ujar Tegmark.
Sayangnya, penelitian melihat bahwa misil, bola api, dan radioaktif bukanlah bagian yang terburuk.
Tegmark mengatakan pertempuran yang terjadi di kota-kota besar akan membuat lebih banyak benda yang terbakar, sehingga asap karbon hitam yang dihasilkan jadi makin banyak.
Karbon hitam ini yang nantinya akan naik ke lapisan stratosfer, jauh di atas awan hujan. Masalahnya, karbon hitam ini akan menghalangi sinar matahari yang akan masuk ke bumi dan planet ini bisa menjadi sangat dingin.
Tegmark memprediksi di musim panas, lahan pertanian di Kansas Amerika Serikat dapat mencapai 20 derajat celcius. Sementara wilayah lain akan mengalami suhu dingin yang mencapai dua kali lipat dari Kansas.
Sebuah penelitian dari beberapa profesor di seluruh dunia memprediksi setidaknya ada 5 miliar orang yang akan mati kelaparan. Sekitar 99% di antaranya berada di Amerika, Eropa, Rusia, dan Tiongkok, karena sebagian besar asap karbon berada di sana.
Namun, memang perlu dipahami bahwa semua ini hanya hasil penelitian belaka, sehingga dampak kemanusiaan bisa menjadi lebih baik atau lebih buruk.
Tegmark mengaku masih tidak dapat memprediksi berapa banyak orang yang akan selamat dari perang nuklir. Namun, satu yang pasti, tidak akan ada pihak yang diuntungkan dari perang ini.