Bisnis.com, JAKARTA - NorthStar Group menegaskan fundamental startup merupakan hal yang terpenting yang terpenting saat ini. Modal Ventura asal Singapura itu akan membiarkan startup tanpa fundamental kuat, yang tergabung pada portofolionya, mati perlahan.
Co-founder dan Managing Partner Northstar Group Patrick Walujo mengatakan perusahaan yang dapat bertahan adalah perusahaan dengan fundamental yang bagus. Artinya, mereka memiliki model bisnis dan arus kas yang stabil.
“Apa yang kita lihat adalah fundamental. Seberapa bagus model bisnisnya? Seberapa bagus arus kasnya? (Perusahaan yang memenuhi dua hal itu) Masa depannya akan sangat menguntungkan,” ujar Patrick dalam paparannya di acara Indonesia PE-VC Summit, Kamis (25/1/2024).
Namun, Patrick mengakui masih banyak perusahaan rintisan (startup) yang mengejar valuasi tanpa memperhatikan aspek fundamental perusahaan.
Patrick mengatakan, jika memang ada portofolio yang tidak memperhatikan aspek fundamental perusahaan itu akan mati. Dan jika perusahaan itu ada di portfolio NorthStar Group, perusahaan akan membiarkan perusahan itu mati perlahan.
Sebaliknya, Patrick mengungkapkan jika memang masih ada perusahaan yang menjadi bagian dari portofolionya, artinya perusahaan memiliki fundamental yang kuat.
Lanjut Patrick, untuk valuasi dan harga saham merupakan suatu hal yang tidak perlu dikhawatirkan. “Valuasi dan saham, itu berfungsi dengan cara yang berbeda. Itu di luar kontrol kita dan hal tersebut bukanlah sesuatu yang harus kita khawatirkan,” ujar Patrick.
Menurutnya yang justru harus dikhawatirkan adalah masa depan perusahaan. Oleh karena itu, saat ini Northstar meminta perusahaan yang menjadi portfolio untuk fokus pada kinerja perusahaan.
Sebagai informasi, akhir-akhir ini terjadi banyak perusahaan yang gulung tikar atau melakukan efisiensi karyawan hanya satu atau dua tahun setelah diberikan pendanaan, seperti Zenius, Flip, Xendit, dan Halodoc.
Zenius sempat mendapatkan dana dengan jumlah yang tidak disebutkan dari modal ventura milik Telkom MDI Venture. Lalu, Flip juga mendapat pendanaan Seri B putaran kedua yang dipimpin oleh Tencent dengan nilai US$55 juta atau Rp811 miliar.
Sementara Xendit pada kuartal II/2022 juga mendapatkan pendanaan seri D dengan total US$300 juta atau senilai Rp4,3 triliun yang dipimpin oleh Coatue dan Insight Partner.
Ritme serupa juga ditemui pada akhir 2023, startup edutech Halodoc melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) karyawan untuk jumlah yang tak disebutkan, hanya 4 bulan setelah mendapat pendanaan Seri DI U$100 juta atau Rp1,5 triliun dari Astra.
Lebih lanjut, Partner Monk’s Hill Venture Susli Lie mengatakan banyaknya aksi efisiensi perusahaan yang terjadi pada 2023 dan awal 2024 ini justru menjadi pelajaran bagi startup lain untuk menjadi lebih berkelanjutan.
Namun, Susli mengatakan setelah startup melewati fase ini, mereka akan menjadi perusahaan yang lebih kuat dan sehat.
“Kita sudah melihat banyak PHK, tapi kamu juga bisa lihat bahwa ini adalah langkah yang bagus untuk membuat ekosistem yang lebih kuat dan sehat,” ujar Susli.