Bisnis.com, JAKARTA — Asosiasi Modal Ventura untuk Start-Up Indonesia (Amvesindo) berpandangan bahwa tren investasi pada 2024 akan lebih menyasar perusahaan rintisan atau startup yang sudah mengarah ke profit, bukan yang mengandalkan inovasi dan bakar uang.
Bendahara Amvesindo Edward Ismawan mengatakan investor akan lebih tertarik pada startup yang sudah matang daripada perusahaan tahap awal.
"Ada tren untuk berinvestasi pada startup yang tidak hanya menunjukkan inovasi, tetapi juga memiliki jalur yang jelas menuju profitabilitas," ujar Edward kepada Bisnis, Senin (1/1/2024).
Dengan demikian, Edward mengatakan pada 2024 investor akan cenderung mencari startup yang dapat menjaga keseimbangan antara pertumbuhan dan risiko pengembangan perusahaan.
Adapun Edward mengatakan sektor yang akan paling banyak disasar secara global adalah bidang seputar kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI), energi terbarukan, dan blockchain.
Sementara di Indonesia sendiri, kata Edward, sektor cukup menarik adalah sektor yang berhubungan dengan lingkungan, masyarakat, hingga iklim.
"Sektor hijau terkait lingkungan, climate, dan sosial juga menjadi menarik dengan banyaknya investor, NGO, government dan korporasi menyediakan banyak dana terkait SDG/ESG," ujar Edward.
Kendati demikian, menurut Edward, jika memang startup tersebut ada di kategori di atas dan sudah memiliki path to profitability, bukan berarti perusahaan akan langsung dapatkan pendanaan.
Ada beberapa masalah ekonomi yang akan mengintai dan mempengaruhi keputusan investasi terhadap startup pada 2024. Mulai dari peningkatan suku bunga, inflasi, serta situasi geopolitik.
"Tergantung pada iklim ekonomi global, investor modal ventura mungkin akan lebih hati-hati atau agresif dalam investasi mereka," ujar Edward.
Sebagai informasi, tahun 2023 lalu menjadi tahun yang sulit bagi perusahaan rintisan untuk mendapatkan pendanaan jumbo.
Konsultan dan penasihat ahli dari Komunitas AC Ventures Harumi Supit mengatakan hal ini dikarenakan banyaknya investor belum berani memutuskan untuk memberikan pendanaan pada kondisi global seperti sekarang ini.
"Karena valuasi secara umum terlihat menurun dibanding pada tahun-tahun sebelumnya," ujar Harumi kepada Bisnis, belum lama ini.
Alhasil, banyak dari mereka yang cenderung menunggu waktu yang tepat (wait and see) untuk memberikan investasi sembari melihat perkembangan perusahaan tersebut.
Lebih lanjut, valuasi yang menurun ini juga membuat perusahan menjadi lebih hati-hati dalam tahapan sebelum memberikan pendanaan, salah satunya dengan due diligence yang lebih ketat.
"Dinamika investor yang tadinya bersaing ketat untuk mendapatkan deal, bahkan sampai melonggarkan proses due diligence, sekarang lebih berhati-hati dalam melakukan pendanaan,” ujar Harumi.