Bisnis.com, JAKARTA - PT Smartfren Telecom Tbk. (FREN) dan PT Indosat Tbk. (ISAT) mengalihkan aset data centernya pada 2023. Adapun PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM) terus mencari mitra strategi untuk meningkatkan bisnis pusat data tersebut.
Smartfren melalui anak usahanya PT Smartel menjual aset data center senilai Rp544,20 miliar kepada PT Dian Swastatika Sentosa Tbk. (DSSA). Transaksi di antara Grup Sinarmas ini diharapkan dapat membuat kinerja dan pelayanan Smartfren lebih efisien.
Sekretaris Perusahaan Smartfren Telecom James Wewengkang mengatakan perseroan menandatangani perjanjian jual beli pengalihan aset data center kepada PT SMPlus Sentra Data Persada, anak usaha DSSA pada 19 Desember 2023. Transaksi tersebut merupakan transaksi afiliasi, namun bukan transaksi benturan kepentingan.
“Pengelolaan properti dan infrastruktur untuk pengembangan bisnis data center bukan merupakan bagian dari bisnis inti Smartfren. Oleh sebab itu, Smartfren dan Smartel bermaksud untuk mengalihkan data center tersebut kepada SMPlus,” kata James.
SMPlus merupakan anak usaha DSSA yang berfokus menjadikan bisnis data center sebagai kegiatan bisnis utama sehingga diharapkan dapat menghasilkan efisiensi yang lebih baik. SMPlus juga mengambil peluang bisnis di sektor ini untuk mengembangkan layanan pusat data yang handal di Indonesia.
Bagi FREN, transaksi penjualan data center ini akan membuat perseroan dapat bersaing dengan operator telekomunikasi lainnya secara lebih efisien. Smartfren perlu memiliki keunggulan biaya (cost leadership) untuk dapat menghasilkan layanan dengan biaya yang efisien sehingga dapat menawarkan harga jasa layanan yang kompetitif kepada para pelanggan.
“Perseroan dan Smartel akan mendapatkan tambahan dana tunai dari hasil penjualan aset, dana tersebut dapat digunakan untuk mendukung aktivitas bisnis FREN dan Smartel,” kata James.
Berdasarkan prospektus, properti data center yang dialihkan Smartfren belokasi di Tangerang, Bogor, Cirebon, Semarang, Solo, Jember, Malang, Jambi, Padang, Aceh, Batam, Banjarmasin, Makassar, dan Manado.
Sementara itu, Indosat Ooredoo Hutchison mengalihkan aset pusat datanya atau data center ke perusahaan afiliasinya, PT Starone Mitra Telekomunikasi (SMT).
Manajemen ISAT dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI) menyebut ISAT dan SMT telah sepakat untuk mengatur pengalihan aset pusat data milik ISAT kepada SMT dan pengaturan-pengaturan tertentu sehubungan dengan pengoperasian aset pusat data tersebut serta penyediaan layanan pusat data setelah pengalihan aset tersebut.
Manajemen ISAT melanjutkan, transaksi ini dilaksanakan dengan pertimbangan SMT dapat mengembangkan bisnisnya dan memperoleh manfaat dari memiliki jejak bisnis di seluruh Indonesia.
"Dengan memiliki 25% kepemilikan saham di SMT, ISAT diharapkan memperoleh nilai tambah dalam jangka panjang," tulis manajemen, dikutip Senin (25/12/2023).
ISAT menjelaskan pada 21 Desember 2023, ISAT telah mengalihkan aset pusat datanya secara sah ke SMT melalui transaksi jual beli langsung menurut ketentuan-ketentuan di dalam asset transfer agreement (ATA).
Penandatanganan forward rate agreement (FRA) dan ATA oleh ISAT, BDX Asia Data Center Holdings Pte. Ltd. (BDx), dan SMT juga dilengkapi dengan penandatanganan sedangkaian perjanjian komersial dan operasional.
Adapun Telkom agresif menggelar ekspansi data center pada 2024 dengan menggandeng mitra strategis. Perseroan siap menggenjot bisnis Data Center Co di pasar domestik dan luar negeri.
Direktur Strategic Portofolio Telkom Budi Setyawan Wijaya mengatakan perseroan terus berupaya meningkatkan kapasitas bisnis data center. TLKM berambisi memiliki kapasitas data center hingga lebih dari 1.256 megawatt pada 2031, dari posisi 98 megawatt pada 2022.
Artinya, TLKM membidik rata-rata pertumbuhan tahunan (compound annual growth rate/CAGR) sebesar 33% selama 2022-2031.
“Telkom akan membuka kesempatan partnership pada 2024, dan estimasi memiliki 15%-20% supply share pada 2030,” kata dia.
Budi membocorkan sejumlah kriteria untuk menjadi mitra strategi dari Telkom. Pertama, TLKM menginginkan partner yang dapat mengisi kompetensi Telkom, sehingga dalam pengelolaan, layanan, hingga teknologi akan cukup kompetitif dengan Telkom. Kedua, TLKM juga mencari mitra yang bisa membawa pelanggan baru dan nilai baru bagi Telkom.
Budi menegaskan ambisi TLKM di bisnis data center cukup realistis, mengingat persentase penggunaan data center Telkom sudah 80% pada 2023. Padahal, saat ini makin tinggi permintaan untuk mengakses data dengan latensi yang rendah.
Budi menilai ekspansi data center juga melihat trafik data yang diproyeksikan akan tumbuh sebesar 39% CAGR pada 5 tahun mendatang dan Indonesia diproyeksikan akan berkontribusi sebesar 40% dari digital ekonomi Asean pada 2025.