Bisnis.com, JAKARTA – Rencana penjualan saham karyawan oleh OpenAI terpaksa berada pada posisi tidak pasti. Hal itu terjadi lantaran pemecatan mendadak kepada CEO Sam Altman dan mundurnya sejumlah petinggi perusahaan.
Seperti dilaporkan oleh Reuters, Minggu (19/11/2023), apabila terlaksana penjualan saham karyawan OpenAI akan memberikan dana segar senilai US$86 miliar bagi startup tersebut.
Sumber yang enggan disebutkan namanya, sejauh ini telah muncul beberapa pihak yang siap menawar saham karyawan OpenAI tersebut. Salah satunya, konsorsium yang dipimpin oleh Thrive Capital.
Kendati diliputi ketidakpastian, tender yang diajukan oleh Thrive Capital belum ditutup. Proses penawaran tersebut telah masuk dalam tahap akhir dan diharapkan akan selesai paling cepat bulan depan.
Terpisah, para dewan direksi OpenAI beralasan memecat Altman lantaran tidak secara konsisten jujur dalam komunikasinya dengan mereka yang menghambat kemampuan dewan untuk melaksanakan tanggung jawabnya.
“Dewan tidak lagi percaya pada kemampuannya untuk terus memimpin OpenAI,” tulis Open AI melalui keterangan resminya di laman perusahaan,dikutip Sabtu (18/11/2023).
Dalam sebuah pernyataan, dewan direksi menyebut OpenAI sengaja disusun untuk memastikan bahwa kecerdasan umum buatan bermanfaat bagi seluruh umat manusia. Dewan pun tetap berkomitmen penuh untuk menjalankan misi ini.
“Kami berterima kasih atas kontribusi Sam terhadap pendirian dan pertumbuhan OpenAI. Pada saat yang sama, kami percaya bahwa kepemimpinan baru diperlukan saat kita bergerak maju,” ungkap OpenAI.
Para dewan direksi pun menunjuk Mira Murati yang sebelumnya menjabat Chief Technology Officer (CTO) sebagai pemimpin sementara. Selanutnya, para dewan direksi OpenAI akan mencari pengganti Altman.
Mereka percaya Mira telah memenuhi syarat untuk menjabat sebagai CEO sementara dalam masa transisi tersebut. Terlebih Mira disebut telah memainkan peran penting dalam evolusi OpenAI menjadi pemimpin AI global.
Menurut para dewan direksi dia memiliki keahlian yang unik, pemahaman tentang nilai-nilai, operasi, dan bisnis perusahaan, dan telah memimpin fungsi penelitian, produk, dan keselamatan perusahaan.
“Mengingat masa jabatannya yang panjang dan keterlibatannya yang erat dengan seluruh aspek perusahaan, termasuk pengalamannya dalam tata kelola dan kebijakan AI, dewan direksi yakin bahwa ia memenuhi syarat untuk peran tersebut dan mengantisipasi transisi yang mulus saat mereka melakukan pencarian formal untuk CEO permanen,” ungkap Open AI.