ICT Institute Bocorkan Biang Kerok Lambatnya Perkembangan IoT di RI

Crysania Suhartanto
Minggu, 12 November 2023 | 10:53 WIB
SAP dan Internet of Things (IoT)/Istimewa
SAP dan Internet of Things (IoT)/Istimewa
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Indonesia ICT Institute menilai harga yang mahal dan kecepatan akses menjadi penyebab lambatnya perkembangan benda yang terhubung dengan internet  atau Internet of Things/IoT di Indonesia. Perusahaan tak punya cukup modal untuk adopsi IoT. 

Direktur Eksekutif Indonesia ICT Institute Heru Sutadi mengaku saat ini memang sudah banyak penggunaan IoT di berbagai sektor industri, tetapi skalanya masih belum terlalu besar.

Heru mengungkapkan, hal ini tidak terlepas dari besarnya biaya yang dibutuhkan untuk membeli dan mengoperasikan IoT.

“Biaya ini yang banyak perusahaan merasa tidak perlu otomatisasi, karena butuh pembiayaan baru. Kecuali memang, penggunaan IoT ini dapat meningkatkan produk mereka, dapat menghemat,” ujar Heru kepada Bisnis, Sabtu (11/11/2023).

Heru mengatakan banyak perusahaan yang menganggap penggunaan IoT sebagai pemborosan, karena tanpa teknologi ini, produksi perusahaan sudah berkembang pesat.

Selain itu, Heru mengutarakan kendala perkembangan IoT juga dikarenakan masalah spektrum. Menurutnya, saat ini spektrum yang disediakan pemerintah untuk IoT masih sangat kurang.

Heru mengaku sebenarnya untuk IoT, pemerintah sudah dapat memanfaatkan sejumlah spektrum frekuensi gratis, yang berada di 2,4 ghz dan 5,8 ghz. Namun, Heru mengatakan saat ini spektrum frekuensi tersebut tidak hanya digunakan oleh IoT, sehingga lalu lintas data menjadi padat.

Oleh karena itu, Heru meminta pemerintah untuk membuka spektrum frekuensi khusus baru agar IoT dapat berkembang. 

Selain itu, terkait frekuensi unlicensed, Heru berharap pemerintah juga mengatur frekuensi ini agar dapat dimanfaatkan dengan baik oleh semua pelaku industri.

“Ketika penggunaan frekuensi di gratiskan, pengalokasiannya seperti apa, karena kalau penggunaannya tidak diatur, hal ini bisa menyebabkan kisruh, tidak maksimal, tidak dapat dimanfaatkan dengan baik,” ujar Heru.

Sebagai informasi, Ketua Umum Asosiasi IoT Indonesia Teguh Prasetya mengatakan target IoT pada 2025 mencapai US$40 miliar atau sekitar Rp626,4 triliun dengan 678 juta perangkat terhubung ke internet.

Lebih lanjut, Teguh juga mengatakan pada 2045 ditargetkan setiap penduduk Indonesia memiliki sekitar 22 perangkat Internet of Things. Hal ini pun termasuk smart wearable, wireless headphone, lampu pintar, dan lain sebagainya.

Kemudian, ujar Teguh, pendidikan IoT juga harus dilakukan sembari dini, sehingga ketika sudah SMA atau kuliah, para pelajar sudah bisa menciptakan solusi untuk IoT.

“Seharusnya pendidikan IoT ini sebisa mungkin ada di tingkat dasar kita pengen ini jadi kurikulum. Target kita ke sana,” ujar Teguh.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper