Bisnis.com, JAKARTA - Kehadiran kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) tidak hanya menghilangkan pekerjaan yang repetitif dan berisiko tinggi, tetapi juga profesi profesional yang sudah memiliki SOP dan dasar acuan yang jelas.
Ketua Umum Indonesia Digital Empowerment Community (Idiec) Tesar Sandikapura mengatakan kehadiran AI dapat mendisrupsi semua pekerjaan, termasuk pengacara, dokter, serta dosen.
“Profesi-profesi yang terstandarisasi, SOP nya jelas, regulasinya jelas, terdokumentasi dengan baik, itu pasti dapat digantikan dengan AI,” ujar Tesar kepada Bisnis, Senin (6/11/2023).
Tesar mengatakan kehadiran AI bahkan bisa lebih baik daripada manusia untuk menjawab teori ataupun informasi tertentu. Menurut Tesar, hal ini dikarenakan memori manusia terbatas dan tidak dapat menjawab secepat AI.
Sebagai informasi, laporan dari Organisasi Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) menyatakan 27% pekerjaan manusia akan tergantikan oleh kecerdasan buatan.
Adapun menurut laporan tersebut, pekerjaan dengan risiko tertinggi adalah pekerjaan yang menggunakan keterampilan rendah.
Lebih lanjut, menurut data dari McKinsey, kecerdasan buatan juga tercatat berhasil meningkatkan produktivitas pekerja bisa naik hingga 0,2-3,3% per tahun.
Namun, Tesar mengaku saat ini masih ada keunggulan yang dimiliki manusia dibandingkan dengan kecerdasan buatan, yakni perasaan ataupun emosi.
Oleh karena itu, Tesar mengatakan saat ini kemanusiaan menjadi sangat penting untuk dapat membedakan hasil kerja manusia dengan hasil kerja robot.
“Justru ini menyadarkan kita, jangan-jangan selama ini kita bukan manusia, kita ini robot juga. Artinya, perilaku kita seperti robot, hanya A,B,C. Sisi kemanusiaannya tidak ada. Karena setahu saya perasaan itu tidak dapat digantikan oleh robot, seperti cinta, empati,” ujar Tesar.
Sebagai informasi, Wakil Menteri Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) Nezar Patria mengatakan pemerintah telah mengembangkan sistem AI untuk mengidentifikasi dan melawan disinformasi.
Selain itu, Kementerian Kesehatan juga berencana untuk mengembangkan ekosistem big data berbasis AI pada layanan kesehatan.
“Ekosistem ini diharapkan dapat meningkatkan sistem kesehatan nasional menjadi lebih akurat, komprehensif, dan berbasis data,” ujar Nezar dikutip dari laman Kemenkominfo.