Bisnis.com, JAKARTA - PricewaterhouseCoopers (PwC), perusahaan akutansi multinasional, mengungkapkan sektor kesehatan menjadi sektor yang paling terdampak oleh serangan siber di dunia, dengan kerugian 25% lebih tinggi dibandingkan dengan sektor lainnya.
Tidak hanya itu, menurut laporan Global Digital Trust Insights 2024 yang dirilis oleh PwC juga menyebutkan proporsi bisnis yang mengalami pelanggaran data (data breach) dengan kerugiannya mencapai lebih dari US$1 juta atau Rp15,87 miliar meningkat tajam secara tahunan dari 27% menjadi 36% pada 2023.
Secara global, kerugian akibat rata-rata serangan siber dilaporkan mencapai US$4,4 juta, sementara di sektor kesehatan nilai kerugian tersebut 25% lebih tinggi -- US$5,3 juta.
Hampir setengah (47%) dari seluruh responden perusahaan yang bergerak di bidang layanan kesehatan melaporkan pelanggaran data dengan kerugian sebesar US$1 juta atau lebih.
Chief Digital & Technology Officer PwC Indonesia Subianto menyampaikan dengan disahkannya Undang-Undang Perlindungan Data Pribadi di Indonesia dan meningkatnya insiden dan risiko siber, ketangguhan terhadap ancaman siber menjadi makin penting dan hal itu dapat dibangun dengan melakukan penguatan secara menyeluruh terhadap kemampuan siber.
“Para CISO dan pemimpin di bidang teknologi harus memposisikan diri mereka di tengah-tengah inovasi dalam organisasinya karena risiko digital dan teknologi serta risiko siber saling berhubungan,” kata Subianto, dikutip Selasa (31/10/2023).
Baca Juga Akamai: Serangan Siber Paling Banyak Targertkan Layanan Jasa Keuangan di Asia-Pasifik Jepang |
---|
Dalam survei yang melibatkan 3.800 pemimpin bisnis dan teknologi di 71 negara juga ditemukan bahwa perusahaan menyambut kebangkitan AI Generatif dengan perasaan yang bercampur antara skeptis dan gembira, serta banyak di antaranya yang mempertebal investasi di bidang keamanan siber untuk melindungi diri dari serangan siber.
Seiring bertambah besarnya perusahaan, nilai rata-rata dari pelanggaran siber yang paling merugikan juga meningkat.
Perusahaan berpendapatan lebih dari US$10 miliar melaporkan pelanggaran siber dengan kerugian sebesar US$7,2 juta, sedangkan perusahaan berpendapatan kurang dari US$1 miliar melaporkan kerugian sebesar US$1,9 juta.
Di kalangan para pemimpin bisnis dan teknologi, kemunculan AI Generatif menimbulkan kekhawatiran yang semakin besar dalam kaitannya dengan keamanan siber. Lonjakan ancaman siber mungkin akan terjadi lagi karena GenAI dapat mendorong terjadinya penyusupan email bisnis (business email compromise) tingkat lanjut dalam skala besar.
Para Chief Information Security (CISO) dan Chief Information Officer (CIO) harus memperhatikan sentimen yang ada: 52% responden memperkirakan GenAI akan menyebabkan serangan siber yang dahsyat dalam 12 bulan ke depan. Hampir delapan dari 10 responden (77%) setuju bahwa mereka berniat menggunakan GenAI dengan cara yang etis dan bertanggung jawab. (Afaani Fajrianti)