Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) angkat bicara mengenai munculnya lowongan kerja e-commerce TikTok di LinkedIn TikTok Global.
Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik (IKP) Kemenkominfo Usman Kansong mengatakan Kemenkominfo belum menerima permohonan dari TikTok perihal pembentukan platform e-commerce TikTok, yang berarti keberadaan e-commerce TikTok masih belum diketahui.
Sebagai sebuah platform, TikTok harus meminta izin beroperasi dan beraktivitas di dunia digital kepada Kemenkominfo. Perizinan itu yang masih ditahan Kemenkominfo, karena belum ada permintaan dari TikTok untuk membentuk e-commerce.
“Ke Kemenkominfo itu setau saya belum ya [izin e-commerce TikTok]. Namun, itu kan ramai dari pernyataan TikTok itu sendiri kan, katanya dia akan membuat e-commerce,” ujar Usman kepada Bisnis, Selasa (17/10/2023).
Sebagai informasi, beberapa waktu terakhir, sinyal kehadiran e-commerce TikTok makin menguat. Di laman LinkedIn TikTok global mulai dijumpai sekitar 50 lowongan pekerjaan e-commerce TikTok.
Kabar kehadiran e-commerce TikTok pun diperkuat dengan tidak adanya kabar terkait PHK TikTok yang mencuat sejak penutupan TikTok Shop.
Usman menambahkan jika memang TikTok ingin membuat e-commerce, sebenarnya hal tersebut tidak akan terlalu rumit.
Usman mengatakan TikTok hanya perlu untuk untuk memenuhi Peraturan Menteri Kemenkominfo (Permenkominfo) No.5/2020 tentang penyelenggara sistem elektronik lingkup privat. Dengan demikian, TikTok sudah dapat melaksanakan fitur komunikasi dan transaksi.
Menurut Usman, Kemenkominfo juga tidak akan melarang ataupun membatasi TikTok, melainkan hanya meregulasi. “Nanti kan kita awasi, kita pantau. Ada mekanisme pemantauan,” ujar Usman.
Dampak e-commerce TikTok
Ketua Umum Indonesia Digital Empowering Community (Idiec) Tesar Sandikapura berpendapat pembuatan e-commerce merupakan satu-satunya cara agar TikTok dapat tetap bertahan di pasar Indonesia.
“Kalau dia mau tetap bertahan ya harus mengikuti gaya Indonesia. Artinya, yang diizinkan adalah e-commerce, ya sudah buat e-commerce. Menurut saya bukan sesuatu yang sulit bagi TikTok untuk membuat hal itu,” ujar Tesar kepada Bisnis, Selasa (17/9/2023).
Apalagi, Tesar mengatakan untuk perusahaan sebesar TikTok, membuat e-commerce baru bukanlah suatu hal yang sulit.
Tesar menambahkan, nantinya jika e-commerce TikTok sudah mengudara, para penjual TikTok Shop yang sudah beralih ke Lazada dan Shopee akan kembali ke e-commerce TikTok.
Hal ini dikarenakan sifat TikTok yang merupakan media sosial dan sudah memiliki ekosistem serta peminat tersendiri, yang tidak dimiliki platform e-commerce lainnya.
“TIkTok Shop tutup, live Shopee seakan-akan menggantikannya kan ya? Tetapi saya lihat itu sementara, orang tetap melihat TikTok sebagai platform yang lebih cocok untuk live,” ujar Tesar.
Apalagi, ditambah dengan adanya potensi e-commerce TikTok akan langsung terhubung dengan media sosialnya dan menjalankan transaksi layaknya TikTok Shop.
“Nanti dia akan melakukan strategi, bagaimana caranya nanti yang beli melalui TikTok, tetapi ketika di klik, akan pindah aplikasi,” ujar Tesar.