Penampakan Gerai Apple di China Usai Pemerintah Jegal iPhone

Crysania Suhartanto
Minggu, 24 September 2023 | 20:15 WIB
CEO Apple Inc. Tim Cook menunjukkan iPhone 15 Pro Max dalam acara peluncuran sejumlah produk Apple di kampus Apple Park, Cupertino, California, Amerika Serikat pada Selasa (12/9/2023). - Bloomberg/David Paul Morris
CEO Apple Inc. Tim Cook menunjukkan iPhone 15 Pro Max dalam acara peluncuran sejumlah produk Apple di kampus Apple Park, Cupertino, California, Amerika Serikat pada Selasa (12/9/2023). - Bloomberg/David Paul Morris
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA — Ratusan pelanggan dan calo di China berbondong-bondong mengunjungi toko Apple untuk membeli iPhone 15 baik yang berada di Kota Beijing maupun Shanghai.

Berdasarkan laporan Strait Times, salah seorang pelanggan mengatakan pembelian ini dilakukan karena dirinya ingin kamera yang lebih baik. Sementara itu, pembeli lainnya mengatakan iPhone 15 memiliki prosesor yang lebih baik untuk bermain gim. 

“Saya lebih memilih perangkat dengan performa terbaik,” ujar salah seorang pembeli, dikutip dari Strait Times, Minggu (24/9/2023).

Kendati demikian, pembelian pada tahun ini memang jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Salah seorang calo bahkan mengaku hanya menjual satu perangkat dalam dua jam pertama peluncurannya. 

Selain itu, calo lainnya juga mengakui mendapat untung yang lebih kecil pada peluncuran iPhone 15 kali ini. Menurut para calo, hal ini dikarenakan warna iPhone 15 yang tidak populer.  

“Aneh sekali warna baru ini tidak laku saat ini,” ujar seorang calo.

Sebagai informasi, berdasarkan catatan Bisnis (12/9/2023) beberapa minggu lalu pemerintah China baru saja membuat larangan bagi pejabat negara hingga pekerja BUMN di Negeri Panda untuk menggunakan iPhone.  

Informasi mengatakan hal ini dikarenakan produsen smartphone lokal, Huawei Technologies, baru saja memperkenalkan Mate 60 Pro. Adapun, intervensi pemerintah China pada produk buatan Amerika ini menimbulkan kekhawatiran dari para investor Apple.

Akibatnya, kala itu saham perusahaan pun mengalami penurunan nilai hingga US$200 miliar atau sekitar Rp3.060 triliun.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper