Bisnis.com, JAKARTA - Ketua Umum Masyarakat Telematika Indonesia (Mastel) Sarwoto Atmosutarno menilai kehadiran 5G di Tanah Air belum menjadi hal yang mendesak, mengingat sejumlah negara telah menerapkan teknologi yang lebih mumpuni yaitu 6G.
Sarwoto mengatakan operator telekomunikasi dan pemerintah dapat saja menunggu masuknya jaringan 6G ke Indonesia.
“Sebenarnya diam saja juga tidak masalah, karena kita menunggu 6G juga bisa,” ujar Sarwoto pada sela acara peluncuran 5G Innovation Center dari PIDI dan Ericsson, Rabu (13/9/2023).
Diketahui beberapa negara saat ini mulai mengembangkan 6G. Salah satunya China, yang melakukan uji coba 6G saat penggelaran olimpiade beberapa waktu lalu.
Sarwoto yang juga menjabat sebagai staff khusus Menkominfo mengatakan pemerintah juga sedang memantau benchmark dari negara lain, yang mana teknologi 5G ternyata cukup menggiurkan.
Sarwoto pun mencontohkan negara China, India, dan Amerika yang telah lebih dulu meraup untung dengan penerapan teknologi 5G.
“Nanti kita tinggal lihat, apa yang terjadi regulasi spektrum di India, China, dan Amerika Serikat,” ujar Sarwoto.
Lebih lanjut, Sarwoto juga mengatakan lelang spektrum ini belum tentu akan dilakukan pada tahun ini. Sarwoto juga masih belum mengetahui bagaimana prosedur pemberiannya, akankah lelang ataupun beauty contest.
Diketahui, beauty contest ini adalah perebutan spektrum yang dilakukan oleh operator dengan melakukan presentasi terkait kinerja dan rencana untuk spektrum tersebut.
Sebelumnya, Ketua Bidang Infrastruktur Telematika Nasional Masyarakat Telematika Indonesia (Mastel) Sigit Puspito Wigati mengatakan spektrum frekuensi 700MHz dinilai belum cukup untuk menghadirkan layanan 5G yang sesungguhnya.
Menurut Sigit, dibutuhkan spektrum frekuensi dengan lebar pita (bandwidth) sebesar 100Mhz untuk 5G, sementara yang tersedia di pita 700Mhz hanya 90 Mhz sisa dari siaran analog.
Namun, memang penggelaran 5G di 700MHz diharapkan dapat mendorong penetrasi 5G dengan lebih cepat karena jangkauannya yang luas.
“Mungkin pengguna akhir (hanya) berkesempatan untuk 'mencicipi 5G' saja,” ujar Sigit.