Bisnis.com, JAKARTA – Sebuah perusahaan perangkat lunak asal AS, Salesforce mengadakan survei terkait penggunaan teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) terhadap 4.000 orang. Hasilnya, 68 persen dari mereka yang belum mencoba AI generatif merupakan Gen X dan baby boomers.
“Ada kesenjangan AI yang generatif. 49 persen populasi telah menggunakannya dan 51 persen belum pernah menggunakannya,” jelas direktur senior pemasaran produk Salesforce Kelly Eliyahu seperti dikutip dari Forbes, Senin (11/9/2023).
Sementara itu, survei juga menunjukkan bahwa 70 persen Gen Z menggunakan teknologi AI generatif terbaru, serta 75 persen pengguna menggunakannya untuk bekerja.
Dari jumlah pengguna teknologi terbaru, sepertiga di antaranya menggunakannya setiap hari, sedangkan sisanya menggunakannya secara mingguan atau lebih.
Sebagian besar menggunakan AI generatif dengan tujuan otomatisasi tugas-tugas pekerjaan, sedangkan sekitar sepertiga lainnya menggunakannya untuk bersenang-senang, dan sepertiga sisanya menggunakannya untuk mempelajari topik yang mereka minati.
AI generatif telah ada sejak lama, bahkan model generatif sudah ada sejak 1972, menurut Ilke Demir, pakar AI Intel. Namun, teknologi ini semakin populer ketika OpenAI muncul dengan produk chatbot yang menyita banyak perhatian yaitu ChatGPT, serta kreasi visual dari teknologi seperti Creative Diffusion, MidJourney, dan Adobe Firefly.
Namun, rupanya ketenaran AI tidak merata menarik perhatian dunia. Kesenjangan AI generatif sedikitnya merupakan kesenjangan generasi.
Sekitar 68 persen dari non-pengguna merupakan Gen X dan baby boomer, dan hampir 9 dari 10 non-pengguna tidak menyadari dampak AI generatif terhadap kehidupan mereka. Di samping itu, 40 persen di antaranya mengatakan mereka tidak akrab dengan teknologi tersebut.
Bahkan, sepertiga lainnya yang bukan pengguna AI mengatakan bahwa teknologi tersebut tidak berguna bagi mereka.
Hal ini menunjukkan bahwa kelompok masyarakat tertua, yang mana paling rentan terhadap penipuan belanja non-online, tidak memahami penggunaan berbagai macam teknologi yang dibuat dengan AI generatif untuk penipuan finansial dan politik.
Di samping itu, mereka yang menggunakan AI generatif melihat banyak manfaat. Perinciannya 46 persen pengguna merasa menghemat waktu, 42 persen pengguna merasa mudah digunakan.
Kemudian, 37 persen pengguna merasa menyenangkan untuk digunakan, 35 persen pengguna merasa mengajarkan hal-hal baru, 32 persen pengguna merasa terbantu dengan konsep yang kompleks dan 29 persen pengguna merasa terbantu membuat keputusan lebih cepat.
Selanjutnya, 28 persen pengguna merasa terbantu membuat keputusan yang lebih tepat, 28 persen pengguna merasa terbantu dalam pengorganisasian, 26 persen pengguna merasa memberikan inspirasi dan 22 persen pengguna merasa terbantu di tempat kerja.
Survei tersebut juga menyebutkan bahwa masyarakat akan lebih sering menggunakan AI generatif jika teknologi ersebut lebih aman dan terlindungi; jika mereka memahaminya dengan lebih baik dan mengetahui lebih banyak tentang cara menggunakannya; dan jika AI tersebut diintegrasikan ke dalam teknologi yang sudah mereka gunakan.
Sebagian besar pengguna AI generatif juga mengaku bahwa teknologi tersebut mengalami kemajuan meskipun mereka telah sering menggunakannya. Hampir 90 persen mengatakan bahwa hasil model AI generatif telah memenuhi atau melampaui harapan mereka.
“Data ini menunjukkan betapa cepatnya penggunaan AI generatif meningkat dalam waktu kurang dari setahun. Sepanjang karier saya, saya belum pernah melihat teknologi diadopsi secepat ini,” kata Clara Shih selaku CEO Salesforce AI.
Data tersebut didasarkan pada 4.041 orang audiens berusia 18 tahun ke atas di AS, Inggris, Australia, dan India yang menjadi bagian dari panel YouGov. (Lydia Tesaloni Mangunsong)