Bisnis.com, JAKARTA – Ketegangan antara AS dan China membawa dampak pada sejumlah perusahaan, salah satunya Apple. Rantai pasokan komponen untuk perakitan iPhone disebut mulai terganggu seiring meningkatnya ketegangan kedua negara.
Bloomberg pada hari Minggu (27/8/2023) lalu melaporkan bahwa kini China menguasai sekitar 80 persen mitra manufaktur Apple yang menjadikannya rantai utama pasokan produk Apple. Jumlah mitra di negara tirai bambu itu hampir tidak berubah sejak 2012, meskipun Apple memiliki lokasi produksi lain di seluruh Asia.
Menurut laporan yang sama, pemasok teratas yang memproduksi banyak komponen produk termasuk iPhone, MacBook, dan perangkat Apple lainnya pada 2022 itu mencakup 188 perusahaan.
Enggan menunggu AS-China berdamai, Apple terus melakukan upaya perluasan produksi komponen dan telah mencoba menyebarnya ke berbagai negara. India dan Vietnam muncul sebagai pusat pengiriman baru yang paling populer untuk komponen Apple.
Apple barangkali melihat potensi di kedua negara Asia ini, salah satunya biaya tenaga kerja yang relatif rendah. Lagipula, India menawarkan insentif finansial bagi pemasok dan menaikkan tarif impor bagi perusahaan yang tidak memproduksi secara lokal, sedangkan Vietnam menawarkan keringanan pajak dan sewa lahan bebas biaya untuk perusahaan ini.
Kini India diketahui memproduksi sekitar 7 persen dari seluruh produk iPhone dan telah melipatgandakan produksinya pada tahun fiskal terakhir. Secara keseluruhan, ekspor elektronik negara ini meningkat empat kali lipat sejak 2018 menjadi US$24 miliar atau sekitar Rp366 triliun tahun lalu.
Sementara itu, untuk Vietnam, industri elektronik menyumbang 32 persen dari pendapatan ekspornya tahun lalu, sekitar dua kali lipat dibandingkan satu dekade lalu.
Kebijakan AS yang bertujuan mencegah kebangkitan teknologi China mendorong sejumlah perusahaan teknologi melakukan relokasi pabriknya dari China ke wilayah lain di Asia.
Sebelumnya, pengetatan regulasi sanksi dan perang tarif pada masa kepresidenan AS, Donald Trump telah secara signifikan mempercepat tren keluarnya Apple dari China.
Banyak perusahaan mulai mencari lokasi untuk basis pabrik baru ketika China mulai menaikkan upah pasca pertumbuhan ekonominya meningkat pesat.
Di sisi lain, pemerintah India, Vietnam dan negara-negara lain secara aktif mengembangkan bisnis mereka dengan menawarkan insentif investasi, reformasi upah, dan peningkatan infrastruktur.
Namun, terdapat risiko pula bagi Apple di India dan Vietnam, dalam kaitannya dengan layanan dasar seperti listrik dan air yang kurang memadai dibandingkan China. Faktanya, ekosistem rantai pasokan Apple memang kurang berkembang di negara-negara tersebut.
Selain itu, pemecahan rantai pasokan yang sudah sangat efisien dapat meningkatkan risiko penundaan pengiriman dan peningkatan biaya, yang dapat menyebabkan harga lebih tinggi dan lebih lanjut, memicu inflasi seiring berjalannya waktu. (Lydia Tesaloni Mangunsong)