Bisnis.com, JAKARTA - Ilmuwan China menemukan alat untuk mendeteksi gempa beberapa hari sebelum bencana alam itu terjadi.
Sekitar 84 jam sebelum gempa berkekuatan magnitudo 7,2 terjadi di Semenanjung Alaska pada 16 Juli, tim peneliti di China telah memprediksi akan datangnya gempa itu, tetapi tidak dapat menentukan di mana dan kapan akan terjadi.
Sekarang, para ilmuwan itu berharap untuk memperluas jaringan penelitian mereka untuk memungkinkan prediksi gempa yang lebih akurat.
Profesor dan dekan di Universitas Xian Jiaotong, Shaanxi, China dan seorang peneliti untuk Kementerian Sumber Daya Alam China, Zhang Maosheng, menerima pesan teks peringatan yang menyatakan ada data tak normal beberapa hari sebelum gempa di Alaska terjadi.
Saat menerima peringatan itu, dia tahu bahwa akan ada gempa bumi yang akan terjadi dengan menjadi kekuatan yang signifikan. Namun, dia tidak bisa mengetahui lokasinya dan waktu yang tepat kapan gempa itu akan terjadi.
Setelah 10 tahun mengamati data, sang profesor bisa mengetahui bahwa gempa bumi akan terjadi. Namun, sejauh ini Zhang dan timnya masih belum dapat memprediksi gempa bumi, termasuk mengetahui besarnya, lokasi, tanggal dan waktu. Tetapi mereka yakin penemuan mereka sejauh ini dapat memungkinkan di masa depan.
Sebuah makalah yang diterbitkan dalam jurnal China Northwestern Geology pada Juni lalu mengungkapkan bahwa tim peneliti telah menghabiskan lebih dari satu dekade untuk memeriksa kemungkinan prekursor gempa bumi.
Survei Geologi Amerika Serikat (USGS) menjelaskan, prekursor adalah peristiwa abnormal yang terjadi sebelum gempa bumi yang mungkin menunjukkan gempa akan terjadi, seperti serangkaian gempa bumi yang lebih kecil atau aktivitas tidak biasa pada hewan.
Makalah ini memperkenalkan pemantauan medan gravitasi Bumi pada frekuensi rendah sebagai prekursor potensial untuk memprediksi gempa bumi "yang akan datang" atau yang akan datang dengan magnitudo tinggi.
Melalui pemantauan perubahan gravitasi yang dinamis, tim bisa menemukan kemungkinan prekursor serta mekanisme fase-fase potensial ketika akan terjadi gempa bumi dalam waktu singkat.
Dengan menggunakan gravimeter atau instrumen yang digunakan untuk mengukur medan gravitasi lokal dengan presisi tinggi, tim ilmuwan China telah mengambil data dari puluhan gempa bumi sejak 2010, termasuk gempa bumi Turki-Suriah yang menghancurkan pada 6 Februari 2023.
Para peneliti juga mengatakan gravimeter itu lebih akurat untuk prediksi gempa jangka pendek, serta lebih hemat biaya dan bisa digunakan di mana saja.
Anomali bisa terbaca dari alat yang diamati 83 jam atau sekitar 3,5 hari itu, sebelum gempa berkekuatan 7,4 di Sulawesi, Indonesia, pada September 2018 dan 116 jam atau hampir 5 hari sebelum gempa berkekuatan 7,2 di Tajikistan pada Februari.
Tim ilmuwan China ini mengatakan bahwa ketika dinamika gravitasi berada di puncaknya, ini menunjukkan bahwa gempa akan terjadi dalam waktu singkat. Besarnya gempat tersebut dapat dilihat melalui puncak kekuatannya, namun belum terkait lokasi dan waktunya belum bisa diidentifikasi dengan tepat secara ilmiah.
USGS menyatakan, bahwa prediksi gempa harus mencakup waktu, lokasi, dan magnitudo. Sementara itu ditegaskan pula bahwa tidak ada ilmuwan yang pernah meramalkan gempa bumi besar.
Zhang mengatakan, meskipun belum sepenuhnya bisa mengidentifikasi elemen-elemen untuk memprediksi gempat, tim peneliti secara konsisten dapat melihat tanda-tanda gempa bumi besar beberapa hari sebelum terjadinya gempa. Zhang mengatakan bahwa untuk gempa bumi di atas maagnitudo 7, akurasinya bisa mencapai 100 persen.