Bisnis.com, JAKARTA – Elon Musk dikabarkan mulai mengambil langkah untuk menyediakan fitur perdagangan saham dan investasi di aplikasi media sosialnya yang kini disebut X. Perusahaan dikabarkan telah mengirimkan permintaan kepada perusahaan data keuangan sebagai langkah awalnya.
Pertama kali diberitakan oleh portal berita Semafor pada Kamis (3/8/2023) kemarin, X disebut telah mengajukan permintaan ke sejumlah provider saham besar selama beberapa minggu terakhir, meminta proposal konten keuangan, data saham real-time, dan fitur lainnya.
Melansir New York Post, Kamis (3/8/2023), melalui proposal permintaan itu, X menawarkan kemampuan untuk menjangkau ratusan juta pengguna berkualifikasi tinggi melalui platformnya. Perusahaan meyakini informasi real-time merupakan kekuatan dalam dunia investasi.
Namun, X disebut tidak memberikan bayaran apapun kepada para provider. Sebaliknya, para provider harus mengumpulkan dana sendiri jika nantinya memutuskan untuk ambil bagian dalam proyek tersebut.
Semafor menyebutkan, Elon Musk ingin mewujudkan visinya menjadikan X sebagai super-app Barat pertama, yang serupa dengan WeChat di China, Gojek di Indonesia, Grab di Singapura, dan Gozem di Afrika.
Aplikasi-aplikasi tersebut menawarkan campuran berbagai layanan untuk konsumen seperti pengiriman makanan, transportasi online, pembayaran, investasi, dan bahkan autentikasi identitas dalam satu aplikasi.
Namun, pada hari yang sama dengan munculnya pemberitaan terkait, Musk melalui unggahan di akun X pribadinya memberikan klarifikasi sangkalan.
“Tidak ada pekerjaan yang dilakukan dalam hal ini [pembangunan pusat trading], sejauh pengetahuan saya,” tulisnya pada Kamis (3/8/2023) kemarin.
Musk, yang membeli Twitter seharga US$44 miliar atau sekitar Rp667 triliun pada akhir tahun 2022 lalu pernah berbicara tentang visinya mengubah X menjadi aplikasi yang serupa dengan WeChat di China.
WeChat, platform milik perusahaan teknologi dan hiburan multinasional Tencent, yang terletak di Shenzhen, China, diperkirakan memiliki basis hampir 1,4 miliar pengguna atau setara dengan hampir seluruh populasi negara tersebut.
Melalui aplikasi WeChat, warga negara China dapat mengirim pesan, melakukan panggilan suara dan video, terhubung di media sosial, memesan makanan, melakukan pembayaran seluler, bermain gim, membaca berita, dan bahkan mencari pasangan kencan.
Namun di luar berbagai layanan yang bisa dilakukan dalam satu aplikasi, WeChat disebut-sebut menjadi aplikasi “pemantau” yang memungkinkan pemerintah China melacak perilaku warganya.
Sejumlah perusahaan media sosial AS lainnya pernah mencoba mengikat pengguna dengan fitur multilayanan yaitu untuk pembayaran, tabungan, dan e-niaga.
Namun, semuanya belum berhasil. Snapchat menutup fitur pembayarannya, Snapcash pada tahun 2018 dan Meta berakhir menjual Libra atau yang diganti nama menjadi Diem, jenis usaha serupa.