Bisnis.com, JAKARTA - Ketersediaan infrastruktur telekomunikasi menjadi hal terpenting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi digital di Tanah Air. Sayangnya, jumlah infrastruktur digital Indonesia masih terbatas, bahkan tertinggal cukup jauh dari China.
Wakil Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk. Hendra Lembong mengatakan saat ini jumlah BTS di Indonesia hanya 500.000 BTS dengan persebaran BTS yang masih terfokus di Pulau Jawa dan sekitarnya.
Jumlah tersebut, kata Hendra, tertinggal jauh dibandingkan dengan China yang telah mencapai sekitar 9 juta menara BTS, dengan 5 juta BTS di antaranya sudah berteknologi 5G. Padahal jika dibandingkan dengan luas China yang hanya 5 kali lipat dari Indonesia, seharusnya BTS di Indonesia ada sekitar 1 juta atau dua kali lipat dari jumlah saat ini.
Dengan kondisi sinyal yang belum merata, kata Hendra, transaksi digital akan sulit berkembang. Masyarakat terpaksa harus menggunakan kartu atau pun uang tunai untuk bertransaksi.
“Akhirnya buka lagi dompet, pakai kartu atau pake tunai,” ujar Hendra dalam paparannya di seminar Challenges of Accelerating Digital Transformation for Indonesia Economic Growth pada Rabu (26/7/2023).
Dia mengatakan untuk menunjang digitalisasi, Indonesia harus memiliki jumlah BTS yang banyak, untuk memberikan sinyal internet yang kemudian digunakan untuk menjalankan transaksi.
Sejumlah transaksi digital yang berjalan di atas jaringan 4G antara lain adalah online banking, QRIS, hingga pembelian mata uang asing maupun kripto.
“Kenapa ini penting? QRIS bisa jaya kalau dapat sinyal. Begitu (transaksi) di sini, yah enggak dapat sinyal. Nah, tidak bisa dong,” ujar Hendra
Sebelumnya,
Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) mencatat penetrasi internet di Indonesia telah mencapai 78,19 persen pada 2023.
Ketua Umum APJII Muhammad Arif mengatakan berdasarkan data tersebut, artinya sebanyak 215.626.156 jiwa dari total populasi sebesar 275.773.901 jiwa penduduk Indonesia telah terkoneksi dengan internet sepanjang 2022-2023.
"Apabila dibandingkan dengan survei APJII periode sebelumnya, tingkat penetrasi internet Indonesia tahun ini mengalami peningkatan sebesar 1,17 persen," katanya dalam konferensi pers di kantor APJII, Rabu (7/3/2023).
Arif mengakui peningkatan penetrasi internet ini tak begitu signifikan dibandingkan tahun lalu yang sebesar 77 persen dari total populasi. Sebab menurutnya, pada awal terjadinya pandemi Covid-19, hampir seluruh lapisan masyarakat butuh akan koneksi internet sehingga penetrasinya meningkat pesat khususnya periode 2021.