Bisnis.com, JAKARTA - Para analis menilai Apple Vision Pro, headset augmented reality (AR) milik Apple yang baru saja diluncurkan, akan menguasai beberapa segmen pasar saja. Secara pengiriman, kacamata AR ini mungkin lebih sedikit dari pesaingnya.
Headset augmented reality seharga US$3.499 atau senilai Rp52 juta ini belum akan digunakan secara luas dalam waktu dekat.
Analis senior di Counterpoint Research mengatakan meski Apple akan memberikan tantangan terbesar bagi Meta sejak masuknya pemilik Facebook ke dalam segmen ini, Apple tidak akan dapat menyalip Meta dalam hal pengiriman kareja harganya yang terlalu mahal.
Dilansir dari Reuters, Rabu (7/6/2023), dari sisi harga, kacamata AR Apple 10 kali lipat lebih mahal dibandingkan dengan pesaingnya Meta Quest 2 dan Quest 3 milik Meta, yang dijual masing-masing seharga US$ 299 dan US$ 499.
Apple kemungkinan hanya akan mendominasi pasar tertentu dalam hal pengiriman, untuk menjadi pemain yang paling menonjol.
"Seperti halnya smartphone, Apple biasanya memiliki lebih dari 80 persen pangsa profitabilitas dengan sekitar 20 persen pangsa pengiriman, Apple dapat menjadi pemain yang paling sukses tanpa harus diadopsi secara luas," ujar Walia.
Sementara itu, Analis KGI Securities Christine Wang memperkirakan pada tahun pertama Apple akan mengirim Apple Vision Pro sebanyak 200.000 unit. Adapun Credit Suisse memiliki ekspetasi yang lebih tinggi yaitu di atas 1 juta unit pada periode tersebut.
Sebagai perbandingan, Apple menjual lebih dari 1,4 juta iPhone pada tahun pertama setelah peluncurannya, menghasilkan penjualan sebesar US$630 juta.
Beberapa analis juga percaya bahwa perusahaan telah menciptakan situasi "tidak ada kerugian" untuk dirinya sendiri melalui langkahnya ke AR.
James Cordwell dari Atlantic Equities mengatakan jika perangkat tersebut pada akhirnya mendorong pergeseran platform dari seluler ke AR, Apple telah memposisikan dirinya untuk memperluas kepemimpinannya dari era ponsel cerdas ke era baru tersebut."
"Jika gagal mendapatkan daya tarik, maka kemungkinan besar itu karena VR/AR adalah jalan buntu teknologi, sehingga memperpanjang dominasi smartphone sebagai perangkat konsumen utama," ujarnya