Telkom (TLKM)-Axiata Perkuat B2B, Infrastruktur Sisa Bakal Dikerjasamakan?

Leo Dwi Jatmiko
Kamis, 1 Juni 2023 | 17:49 WIB
Ilustrasi menara telekomunikasi./Bloomberg
Ilustrasi menara telekomunikasi./Bloomberg
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Perusahaan telekomunikasi diduga ‘setengah-setengah’ dalam menyewakan infrastruktur telekomunikasi yang mereka miliki ke operator lainnya. Hal itu dilakukan untuk melindungi pasar yang telah mereka kuasai. 

Direktur Eksekutif ICT Institute Heru Sutadi mengatakan sejak dahulu sejumlah operator seluler sudah menyewakan jaringan telekomunikasi ke operator lain. 

Namun, selama ini dari tiga infrastruktur telekomunikasi yaitu jaringan tulang punggung (backbone), jaringan pengalur (backhaul) dan jaringan akses (acces), hanya jaringan tulang punggung dan pengalur saja yang kerap operator sewakan kepada operator lain. 

Dia memperkirakan nantinya operator seluler masih akan berhati-hati dalam mengerjasamakan jaringan akses, khawatir terjadi kompetisi yang makin sengit di daerah yang telah mereka kuasai. 

“Jadi misalnya dahulu satu kawasan perumahan dikuasai oleh perusahaan telekomunikasi A, dengan dibukakan akses mereka menjadi dapat lawan untuk mendapatkan pelanggan di perumahan tersebut. Jadi yang bisa dishare adalah di backbone dan backhaul,” kata Heru, Kamis (1/6/2023). 

Heru juga menduga kemungkinan perusahaan telekomunikasi hanya akan membuka infrastruktur yang kurang potensial atau tidak krusial, untuk disewakan kepada operator lain. 

Heru mengatakan baik XL Axiata dan Telkom memiliki keunggula masing-masing dalam menyewakan infrastruktur yang dimiliki kepada industri. Telkom tidak memiliki jaringan seluler, karena lisensinya ada di Telkomsel. Sementara itu XL Axiata memiliki keduanya, namun yang dapat disewakan hanya menara dan serat optik. 

“Yang memiliki cakupan lebih luas dan kapasitasnya besar, maka memiliki keunggulan. Kapasitas besar dibutuhkan agar bisa dibagi kepada operator lain. Biasanya jaringan yang berlebihan atau yang tidak pakai diri sendiri dan grup adalah yang disewakan,” kata Heru.  

Dari sisi prospek, menurut Heru, sangat potensial khususnya bagi operator yang memiliki layanan fixed mobile convergence karena mereka harus ekspansi menjangkau daerah baru dengan serat optik. 

Sebelumnya,  PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. menyampaikan akan mulai mempersiapkan pengembangan Infraco setelah berhasil mengalihkan IndiHome ke Telkomsel. 

VP Investor Relation Telkom Edwin Sebayang mengatakan InfraCo bertujuan untuk memperkuat bisnis di segmen korporasi. 

Melalui InfraCo, Telkom akan mengkonsolidasikan sejumlah infrastruktur telekomunikasi yang dimiliki untuk disewakan kepada industri guna mengoptimalkan potensi dan valuasi, serta peningkatan kualitas telekomunikasi di dalam negeri. 

“Jadi setelah FMC, nanti didorong InfraCo. [Yang ditawarkan ke industri] Infrastruktur, menara dan lain sebagainya,” kata Edwin kepada Bisnis beberapa waktu lalu. 

Langkah serupa juga dilakukan oleh Axiata. Sebelumnya, Presiden & Group CEO Axiata Vivek Sood mengatakan perusahaan akan membentuk Fibre Co yang kuat di Link Net dan Serveco di XL Axiata. 

Fiber Co fokus pada kekuatan utama Link Net sebagai spesialis jaringan fiber, sementara itu Serveco dan kekuatan komprehensif XL yang mapan sebagai Serveco akan menangani pengelolaan layanan mobile,  fixed broadband, fixed mobile convergence, dan digital services kepada seluruh pelanggan, akan mendorong iluminasi nilai bagi Grup secara keseluruhan. 

“Langkah ini sekaligus memungkinkan peningkatan pengalaman pengguna bagi pelanggan dan juga korporasi di  Indonesia. Kami berada di posisi yang tepat untuk dapat menangkap beragam peluang pertumbuhan dengan berbagai pemain kunci yang ada dalam ekosistem industri telekomunikasi dan digital,” kata Sood, Rabu (10/5/2023).

Presiden Direktur & CEO XL Axiata Dian Siswarini mengatakan kolaborasi yang makin erat antara XL Axiata dengan Link Net akan mampu meningkatkan penetrasi layanan konvergensi di Indonesia. 

Dalam 5 tahun ke depan, kata Dian, keduanya akan memperluas cakupan layanan hingga 8 juta homepass. Selain itu, XL Axiata juga bertekad untuk meningkatkan basis pelanggan konvergensi, sekaligus mempercepat pencapaian visi XL Axiata sebagai operator konvergensi terdepan di Indonesia. 

“XL Axiata akan memanfaatkan peluang pasar FBB yang penetrasinya masih rendah serta tren permintaan pasar yang terus menguat,” kata Dian. 

Pada Juni 2022, XL Axiata Tbk. dan Axiata Group Bhd resmi menyelesaikan akuisisi 66,03 persen saham PT Link Net Tbk. (LINK). EXCL diketahui mengakuisisi sebanyak 550 juta saham LINK atau setara 20 persen kepemilikan dengan harga Rp4.800 per saham.  

Presiden Direktur & CEO Link Net Marlo Budiman mengatakan bahwa perseroan tengah melakukan transformasi bisnis broadband perumahan menjadi Fiber Co dan fokus pada aktivitas inti pengembangan jaringan Fixed Line. 

Upaya pembagian fokus tersebut saat ini masih menunggu perizinan turun dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK). 

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Leo Dwi Jatmiko
Editor : Leo Dwi Jatmiko
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper