Sistem Kerja Hybrid Tingkatkan Risiko Keamanan Siber, Waspada!

Rio Sandy Pradana
Rabu, 31 Mei 2023 | 20:15 WIB
Country Director Fortinet Indonesia Edwin Lim. / Dok. Fortinet
Country Director Fortinet Indonesia Edwin Lim. / Dok. Fortinet
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Fortinet, perusahaan keamanan siber, menemukan bahwa sistem kerja hybrid meningkatkan risiko keamanan siber.

Country Director Fortinet Indonesia, Edwin Lim, mengatakan fakta tersebut berdasarkan survei SASE Asia-Pasifik baru yang ditugaskan kepada IDC.

"Laporan ini didasarkan pada survei terbaru yang dilakukan IDC di sembilan negara Asia/Pasifik yang menjajaki perspektif para pemimpin keamanan siber tentang kerja hybrid," katanya dalam siaran pers, Rabu (31/5/2023).

Dia menambahkan hal tersebut berdampak terhadap perusahaan mereka selama setahun terakhir serta strategi mereka untuk memitigasi tantangan keamanan yang timbul dari pelaksanaan kerja hybrid.

Survei tersebut menemukan bahwa perpindahan ke model kerja jarak jauh ini mengakibatkan para karyawan menjadi sejumlah branch office of one atau kantor cabang berpegawai satu orang, yang bekerja dari rumah atau lokasi lain di luar kantor tradisional.

Dampaknya, 86 persen responden di Indonesia mengantisipasi lonjakan jumlah perangkat terkelola hingga lebih dari 100 persen dalam dua tahun mendatang (beberapa responden bahkan memperkirakan peningkatan sebesar 400 persen).

Selain itu, 80 persen responden di Indonesia memperkirakan jumlah perangkat tidak terkelola akan tumbuh lebih dari 50 persen, sehingga kompleksitas dan risiko pelanggaran keamanan kian bertambah dan memperberat beban tim keamanan TI yang saat ini pun telah kelebihan beban.

Seiring meningkatnya kerja hybrid, karyawan memerlukan beberapa koneksi ke sistem eksternal dan aplikasi cloud agar tetap produktif.

Menjaga keamanan jaringan sambil tetap memastikan konektivitas karyawan ke layanan pihak ketiga dan layanan berbasis cloud merupakan tantangan besar, karena langkah pengamanan tradisional masih kurang memadai.

Kerja hybrid dan pertumbuhan koneksi terkelola dan tidak terkelola menyebabkan lonjakan besar dalam jumlah insiden keamanan, dengan 74 persen perusahaan yang disurvei di Indonesia melaporkan peningkatan pelanggaran keamanan lebih dari tiga kali lipat.

Vice President of Marketing and Communications, Asia & ANZ Rashish Pandey mengatakan survei ini menggarisbawahi betapa pentingnya strategi keamanan komprehensif bagi perusahaan, yang mampu mengatasi kompleksitas dan risiko yang muncul akibat pertumbuhan kerja jarak jauh.

Sementara, Research Vice President IDC Asia/Pasifik Simon Piff mengatakan, temuan ini menyoroti pentingnya memprioritaskan postur keamanan dan investasi pada solusi cloud yang mampu berintegrasi mulus dengan solusi on-premise untuk mengelola lingkungan kerja hybrid dan memitigasi risiko.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper