Bisnis.com, JAKARTA – Serangan siber yang dialami oleh industri perbankan beberapa waktu belakangan wajib menjadi peringatan bagi seluruh organisasi ataupun instansi yang berkaitan dengan infrastruktur kritis di Indonesia.
Menurut Juru Bicara Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) Ariandi Putra, serangan-serangan siber dari berbagai jenis diprediksi akan banyak terjadi sepanjang tahun ini.
“Berdasarkan Lanskap Keamanan Siber 2022, Badan Siber dan Sandi Negara [BSSN] memprediksi sejumlah serangan siber yang akan banyak terjadi pada 2023,” ungkapnya kepada Bisnis.com baru-baru ini.
Pertama, ransomware. Ariandi menjelaskan maraknya perkembangan ransomware secara global sejalan dengan tingginya jumlah serangan ransomware di Tanah Air.
Serangan ini, jelasnya, dilakukan dengan memanfaatkan celah kerentanan yang sering terjadi di penyelenggara sistem elektronik (PSE) di Indonesia.
Kedua, advanced persisten threat (APT). Tren aktivitas APT mengalami peningkatan signifikan pada 2022. Tercatat, ada sebanyak 4.421.992 aktivitas APT di Indonesia tahun lalu.
“Ancaman ini diprediksi akan terus bertambah seiring tingginya Crime-as-a-Service (CaaS),” kata Ariandi.
Ketiga, kebocoran data. Celah keamanan yang menjadi penyebab utama insiden kebocoran data adalah web application vulnerability dan phising. Celah-celah keamanan tersebut dikatakan banyak di Indonesia.
Keempat, phising. BSSN memperkirakan pelaku kejatahan siber masih akan menjalanan serangan phising yang memanfaatkan rendahnya literasi keamanan digital masyarakat Indonesia.
Kelima, web defacement. Kasus ini masih akan menjadi isu yang mendominasi. Mengingat pada 2022 terdapat 2.348 kasus web defacement yang terjadi di Indonesia, masuk ke dalam 3 teratas insiden yang dilaporkan ke BSSN.