Modus Online Scams di Asean Sasar Kelompok Milenial dan Melek IT

Erta Darwati
Sabtu, 6 Mei 2023 | 17:24 WIB
scammer-Ilustrasi-antifraudnews.com
scammer-Ilustrasi-antifraudnews.com
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Direktur Perlindungan Warga Negara Indonesia (WNI) Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI Judha Nugraha menjelaskan kronologi modus online scams yang terjadi di negara-negara Asean. 

Dia mengatakan bahwa online scams menyasar ke golongan berbeda yaitu ke kelompok milenial dan berpendidikan. 

"Kalau online scams, mereka menyasar ke golongan berbeda, yakni kelompok milenial dan mereka educated," katanya, kepada wartawan, pada Jumat (5/5/2023). 

Judha menjelaskan bahwa modus online scams dilakukan kepada mereka yang memiliki background yang baik bahkan lulusan sarjana. 

"Punya background IT yang baik, bahkan ada lulusan S1 jadi educated kelompok muda. Punya background IT karena memang mereka melakukan scamming," lanjutnya. 

Lebih lanjut, dia menjelaskan bahwa yang selama ini terjadi yaitu ditawarkan untuk bekerja sebagai customer service dengan gaji US$1000-1200 atau Rp18 juta saat tiba di negara tujuan. 

"Mereka ditawarkan bekerja sebagai cs dengan gaji US$1000-US$1.200 begitu tiba ke negara tujuan, mereka diberikan komputer diajari bagaimana melakukan scamming," tambahnya. 

Selain itu, Judha menjelaskan bahwa kemudian akan diminta untuk membuat akun palsu lalu melakukan profiling kepada target korbannya. 

"Mereka diminta untuk membuat akun palsu, bisa dimana-mana, kemudian mereka diminta untuk melakukan profiling kepada target korbannya. Orang Indonesia yang sudah di Indonesia, mereka akan liat profiling korban mulai dari akun sosmed misalkan yang bersangkutan punya mobil bagus dan sebagainya," ujarnya. 

Dia menjelaskan bahwa akun palsu tersebut kebanyakan menggunakan akun wanita, karena menarik perhatian dengan wajah. 

"Kemudian didekati dengan akun palsu kebanyakan menggunakan akun wanita. Dengan wajah yang menarik setelah dekat baru dilakuan scamming," katanya. 

Selanjutnya, dia menjelaskan bahwa modus online scams yang selama ini terjadi bisa bermacam-macam, bisa melalui investasi bodong atau melalui belanja online. 

"Modusnya macam-macam bisa melalui investasi bodong atau melalui belanja online sebagai contoh belanja satu juga dapat cashback 200 ribu," lanjutnya. 

Adapun dia menjelaskan bahwa yang banyak terjadi adalah gaji belum dikirimkan, tetapi sudah ditawari kenaikan gaji hingga ratusan juta, lalu kemudian hilang kontak. 

"Belum dikirim, sudah ditawari lagi naikinnlagi 10 juta nanti dapat cashback 2 juta dikirim dapat uang terus naik sampai puluhan hingga ratusan juta. Begitu sampai ratusan juta akunnya langsung diputus kemudian hilangnya kontaknya," ujarnya. 

Dia mengatakan bahwa kelompok yang terkena online scams dan berangkat ke luar negeri memang mayoritas muda, aktif media sosial dan memiliki pengetahuan teknologi. 

"Tentu mereka harus punya background IT itulah mengapa yang berangkat mayoritas kelompok muda yang memang aktif ke sosmed dan melek IT," katanya. 

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Erta Darwati
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper