Bisnis.com, JAKARTA - Strategi PT Smartfren Telecom Tbk. (FREN) dalam mengimplementasikan kartu SIM tertanam di ponsel atau embedded SIM (eSIM) berbuah manis. Selain berhasil meraih pelanggan baru, perusahaan telekomunikasi milik Sinar Mas itu juga dapat berhemat dalam akuisisi pelanggan.
Presiden Direktur Smartfren Merza Fachys mengatakan seiring dengan makin banyaknya ponsel yang dilengkapi fitur eSIM, jumlah pengguna eSIM di perseroan tumbuh cukup signifikan. Pertumbuhan juga didorong oleh fitur eSIM yang sudah banyak tersemat di MiFi, router nirkabel yang biasa digunakan untuk WiFi seluler.
“Dari pertumbuhan pelanggan kami yang sekitar 3 jutaan [2022], hampir 20 persennya berasal dari eSIM sekarang. Pelanggan kami juga banyak yang menggunakan MiFi, dan eSIM telah mendukung MiFi,” kata Merza kepada Bisnis.com, Selasa (11/4/2023).
Untuk diketahui, pada pertengahan 2019 Smartfren meluncurkan teknologi eSIM dan menjadi yang pertama di Indonesia. Saat itu baru sedikit ponsel yang mendukung teknologi ini, salah satunya adalah iPhone XR.
Smartfren juga memasarkan produk tersebut secara terbatas di sejumlah gerai seperti di Galeri di Sabang, Mall Ambasador, Smartfren BEC Bandung, Galeri A. Yani Semarang dan lain sebagainya.
Merza menuturkan dengan mengimplementasikan eSIM, perseroan tidak hanya berhasil meraih pelanggan baru juga efisiensi bisnis. Smartfren dapat menghemat ongkos produksi kartu SIM dengan adanya eSIM.
“Kami lebih senang orang menggunakan eSIM. Lebih murah. Cost akuisisi lebih murah. Harga SIM Card rata-rata kalau dirupiahkan sekitar Rp15.000-Rp25.000 per kartu SIM. eSIM cost-nya nol,” kata Merza.
Sebelumnya, dalam laporan GSMA Intelligence, diperkirakan pada 2025 akan terdapat 433 juta perangkat ponsel di Asia Pasifik yang terhubung dengan e-SIM. Jumlah tersebut merupakan yang tertinggi dibandingkan dengan China (375 juta perangkat), India (316 juta perangkat), Eropa (282 juta perangkat), dan Amerika Utara (184 juta perangkat).
Ketua Pusat Kajian Kebijakan dan Regulasi Telekomunikasi Institut Teknologi Bandung (ITB) Ian Yosef M. Edward memperkirakan e-SIM di Indonesia akan banyak digunakan oleh IoT dan M2M. Alasannya, implementasi e-SIM di teknologi tersebut dapat dilakukan tanpa ada investasi tambahan berupa kartu fisik sehingga lebih murah.
“Istilahnya satu rumah dalam satu e-Sim, smart home, smart office dan lain-lain, sehingga layanan operator akan menjadi lebih personal dengan nilai tambah melihat/menjalankan aset smart,” kata Ian.
Sementara itu Ketua Bidang Infrastruktur Telematika Nasional Mastel Sigit Puspito Wigati Jarot memperkirakan SIM yang telah tertanam di perangkat ini, akan mendisrupsi sejumlah bisnis model yang ada saat ini.
eSIM ke depan akan lebih menguntungkan bagi penyelenggara over the top (OTT), pabrikan perangkat internet of things (IoT) dan juga Operator jaringan virtual seluler (Mobile Virtual Network Operator/MVNO).
“Misalnya terkait biaya distribusi yang menjadi lebih murah, customer churn yang akan berpengaruh pada pola kompetisi, model marketing yang berubah yang mudahnya ganti profil dan operator, aspek kemudahan roaming, dan lain-lain,” kata Sigit.