Bisnis.com, JAKARTA - PT Smarfren Telecom Tbk. (FREN) menyebutkan sejumlah tantangan dalam penggelaran jaringan 5G secara optimal di Indonesia yang membuat operator seluler bersikap hati-hati.
Presiden Direktur Smartfren Merza Fachys mengatakan sebagai operator telekomunikasi, pihaknya menginginkan besarnya investasi yang dikeluarkan sebanding dengan banyaknya kesempatan yang didapat dari teknologi 5G tersebut.
"Namun yang terjadi sekarang antara use case dengan kesiapan 5G ini nggak jalan bareng," katanya saat berkunjung ke kantor redaksi Bisnis Indonesia, Senin (3/4/2023).
Menurut Merza, operator telekomunikasi Tanah Air cukup hati-hati dalam pengembangan jaringan generasi kelima tersebut.
Apalagi, sambung dia, untuk bisa menghadirkan layanan 5G dengan performa yang seharusnya, Indonesia juga harus punya sumber daya yang disebut spektrum. Sayangnya, hal itu masih jadi kendala.
"Spektrum ini masih dalam persiapan. Pemerintah masih menata ulang meski sudah berjalan dua tahun, tetapi belum sampai titik selesai," keluh dia.
Dia mencontohkan, salah satu penataan ulang yang dilakukan pemerintah dalam hal ini Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) adalah pita frekuensi 700 MHz dari proses Analog Switch Off (ASO).
Namun sayang, ujar Merza, proses migrasi siaran TV analog ke digital yang dimulai sejak tahun lalu tersebut masih belum selesai.
"Sambil kita menanti penataan ulang, 5G juga butuh backhaul dan backbone yang cukup lebar. Ini yang terus kita kejar," tutur dia.
Di sisi lain Merza menambahkan, 5G nantinya memang lebih banyak akan dimanfaatkan dunia industri, bukan masyarakat pada umumnya.
Untuk itu, dia berharap sumber daya dan infrastruktur bisa segera disiapkan, serta use case 5G juga dapat tumbuh di dunia industri.
"Kita harapkan ASO segera selesai. Begitu selesai langsung frekuensi itu dilelang, siapapun yang dapat akan mendapatkan sumber daya baru," imbuhnya.