Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) mengungkap sejumlah target strategis dalam pengembangan infrastruktur digital nasional, salah satunya tarif layanan yang terjangkau.
Salah satu fokus utamanya adalah menekan tarif layanan digital agar hanya sebesar 2,5% dari pendapatan per kapita masyarakat Indonesia.
Hal ini disampaikan Direktur Strategi dan Kebijakan Infrastruktur Digital Komdigi, Denny Setiawan dalam forum diskusi bersama para pemangku kepentingan sektor telekomunikasi.
“Restra [rencana strategis] ini, target tarif layanan itu 2,5% dari pendapatan per kapita. Dan ini akan bisa dilakukan kalau kita efisien, juga beban-beban regulatori, termasuk dari kami,” kata Denny dalam Focus Group Discussion (FGD) Penataan Kesehatan Industri dan Konektivitas Telekomunikasi yang digelar Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) secara daring pada Kamis (3/7/2025).
Dia menegaskan, Komdigi saat ini tengah memikirkan beragam bentuk kebijakan insentif untuk mendorong efisiensi industri digital nasional, dengan harapan harga layanan yang diberikan ke masyarakat makin terjangkau.
Salah satunya melalui skema kerja sama pemerintah dan badan usaha (KPBU), seperti yang telah diterapkan dalam proyek Penerangan Jalan Umum (PJU), di mana ada pendapatan Pemerintah Daerah (Pemda) yang bisa digunakan untuk program tersebut.
“Nah, itu juga bisa dikaji untuk digunakan ke tower atau tiang-tiang yang bisa sekaligus diintegrasikan dengan PJU tersebut,” katanya.
Denny pun menganalogikan infrastruktur digital sebagai sistem peredaran darah dalam tubuh manusia. Menurutnya, data center adalah jantung, kabel laut dan jaringan backbone darat merupakan pembuluh besar, sementara jaringan seluler, DFTDA, dan teknologi non-terrestrial network adalah pembuluh kapiler yang mendistribusikan akses hingga ke tingkat akhir.
Untuk memperluas akses, Komdigi sedang menyiapkan roadmap fiberisasi hingga tingkat kecamatan, yang pada akhirnya diharapkan dapat menjangkau desa.
Tujuannya adalah memastikan layanan internet cepat tersedia tidak hanya di kafe atau kota besar, tetapi juga sampai ke rumah-rumah dan fasilitas publik.
“Kami sedang menyiapkan roadmap datacenter, roadmap fabrisasi kecamatan, jadi fabrisasi ini juga kita belum ada roadmap sampai kecamatan,” katanya.
Dalam strategi teknisnya, Denny menekankan pentingnya penggunaan fiber optic, sistem sharing, dan jaringan 5G sebagai kunci untuk mencapai efisiensi dan perluasan konektivitas.
Permasalahan semrawutnya kabel di kota besar dan masih adanya blank spot di wilayah pelosok juga turut disoroti. Untuk itu, konsep netral host didorong agar infrastruktur bisa dipakai bersama oleh berbagai operator.
Dia juga menyampaikan pengembangan kota-kota dengan konsep Gigabit City menjadi arah jangka panjang pemerintah. Dengan pertumbuhan teknologi seperti AI, kebutuhan kapasitas jaringan yang jauh lebih besar menjadi suatu keniscayaan.
“Nah, Gigabit City ini kolektifnya besar, jadi demand tuh pasti ada. Jadi kita demand-nya jangan hanya mikir satu-dua tahun ke depan, atau sekarang. Langsung kita berpikir lima tahun ke depan, bahkan sepuluh tahun ke depan. Udah AI, ini nggak bisa cuma kapasitas di puluhan mega,” ungkapnya.
Selain pembangunan fisik, pemerintah juga sedang merancang integrasi dengan tata ruang dan memanfaatkan infrastruktur publik lain seperti jalan, jaringan listrik, dan jalur kereta api untuk mendukung percepatan fiberisasi.
Sebagai langkah jangka menengah, Komdigi akan memprioritaskan fiberisasi ke sekolah, puskesmas, koperasi, dan kantor pemerintahan.
Denny menyebut pengembangan ini tidak bisa dilakukan sendiri oleh pemerintah, melainkan membutuhkan sinergi semua pihak, termasuk industri, asosiasi, dan kementerian/lembaga lintas sektor.
Langkah ini juga termasuk pendekatan smart city, smart building, serta pemanfaatan teknologi non-terrestrial network sebagai pelengkap konektivitas di wilayah sulit dijangkau.
“Untuk mobile broadband, kita integrasi backhaul BTS, kalau bisa backbone fiber optic sebisa mungkin. Frekuensi kita siapkan, dan untuk blind spot. Kita harus pertimbangkan teknologi terbaru seperti non-terrestrial network, yang mungkin akan lebih efisien,” ungkapnya.