Bisnis.com, JAKARTA - Jepang masih mempertimbangkan adopsi teknologi kecerdasan buatan seperti chatbot ChatGPT milik OpenAI terkait masalah privasi dan keamanan siber.
Chief Executive Officer (CEO) OpenAI Sam Altman sempat bertemu dan berdiskusi dengan Kepala Sekretaris Kabinet Hirokazu Matsuno serta Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida terkait kecanggihan teknologi kecerdasan buatan.
"Besar harapan kami bisa membuat sesuatu yang sangat bermanfaat untuk masyarakat Jepang terlebih membuat model yang lebih baik untuk bahasa serta budaya Jepang," tutur Sam Altman sebagaimana dilansir dari Reuters pada Senin (10/4/2023).
Meski Sam menaruh harapan besar terhadap Jepang, Hirokazu menyadari bahwa negara lain seperti Italia masih menentang perkembangan ChatGPT yang dikembangkan oleh OpenAI yang didukung oleh Microsoft Corp.
Hirokazu menjelaskan Jepang akan terus mengevaluasi kemungkinan untuk memperkenalkan AI untuk mengurangi beban kerja pegawai pemerintah setelah menilai bagaimana menanggapi masalah seperti pelanggaran data.
Menyusul pembatasan ChatGPT di Italia, yang menginspirasi negara-negara Eropa lainnya untuk mempelajari langkah-langkah tersebut, OpenAI minggu lalu mempresentasikan langkah-langkah untuk memperbaiki masalah pelanggaran privasi kepada regulator Italia.
Dalam sebuah unggahan blog minggu lalu yang berjudul 'Pendekatan kami terhadap keamanan AI', perusahaan yang berbasis di San Francisco ini mengatakan mereka sedang bekerja untuk mengembangkan kebijakan yang bernuansa terhadap perilaku yang mewakili risiko nyata bagi orang-orang.
Adapun, Sam menyampaikan kepada Fumio dari Jepang tentang sisi positif dari teknologi ini dan bagaimana cara mengurangi sisi negatifnya pada pertemuan hari Senin di Tokyo.
Sebelumnya, Otoritas Perlindungan Data (Data Protection Authority/DPA) Italia melaporkan dua alasan mengapa ChatGPT dilarang di negaranya.
Pertama, Pihak OpenAI selaku pengembang ChatGPT DPA mengumpulkan data pribadi dari pengguna secara tidak sah. Kemudian, data tersebut digunakan kembali untuk melatih ChatGPT.
Alasan kedua, ChatGPT dinilai tidak aman karena bisa menyebarkan misinformation, tidak adanya verifikasi usia, serta batasan konten dibawah umur.