Bisnis.com, GIANYAR - Emiten menara PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk. (Mitratel/MTEL) menganggarkan belanja modal atau capital expenditure (capex) senilai Rp7 triliun.
Direktur Utama Dayamitra Telekomunikasi Theodorus Ardi Hartoko mengatakan, anggaran tersebut digunakan untuk menambah jumlah menara serta cakupan jaringan serat optik atau fiber optic. Mitratel pun menargetkan 4.000 tenant baru atau secara organik dan 1.500 tenant hasil akuisisi atau inorganik
"Rp7 triliun untuk belanja kegiatan organik maupun anorganik," jelasnya, Kamis (16/3/2023)
Perinciannya, sebesar Rp2,8 triliun akan dipakai untuk kegiatan organik, sedangkan sisanya Rp4,2 triliun untuk kegiatan inorganik.
Capex ini pun memakai hasil sisa dana hasil penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO). Sebelumnya, emiten berkode MTEL ini meraup dana IPO senilai Rp18,79 triliun pada November 2021.
Untuk tahun ini, Mitratel menargetkan pertumbuhan pendapatan dan EBITDA sebesar 11 persen. Theodorus melihat hal ini dapat dicapai dengan melihat hasil laba yang dicatatkan pada 2022 lalu.
Sepanjang tahun lalu, Mitratel mencatatkan pertumbuhan laba 29,25 persen berkat aksi akuisisi 6.000 menara milik Telkomsel. Mitratel telah menambah 7.212 menara baru dan 9.412 penambahan jumlah penyewa menara sepanjang 2022.
Adapun, sebanyak 6.000 menara datang dari proses akuisisi menara Telkomsel. MTEL juga mengembangan fiber optic sebagai bagian dari ekosistem menara telekomunikasi.
Berdasarkan laporan keuangan per 31 Desember 2022, MTEL mencatatkan pendapatan sebesar Rp7,72 triliun. Angka tersebut naik 12,5 persen dibandingkan 2021 yang mencapai Rp6,86 triliun.
Pendapatan MTEL terdiri atas sewa menara telekomunikasi, jasa konstruksi, jasa dan sewa listrik, serta jasa dan perencanaan pendirian menara telekomunikasi.
Lebih terperinci, pendapatan dari sewa menara telekomunikasi meningkat 15,86 persen menjadi Rp7,04 triliun, serta jasa konstruksi turun 12,83 persen menjadi Rp666,77 miliar. Selanjutnya, jasa dan sewa listrik turun 30,65 persen menjadi Rp18,26 miliar, serta jasa dan perencanaan pendirian menara telekomunikasi naik 615 persen menjadi Rp600,6 miliar.