Kolapsnya Silicon Valley Bank, IFSoc: Sinyal Fintech Perkuat Tata Kelola

Khadijah Shahnaz Fitra
Kamis, 16 Maret 2023 | 10:04 WIB
Ilustrasi Startup. Bisnis/Arief Hermawan P
Ilustrasi Startup. Bisnis/Arief Hermawan P
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Indonesia Fintech Society (IFSoc) menilai kolapsnya Silicon Valley Bank (SVB) di tengah tech winter perlu serius dilihat sebagai sinyal dan peringatan dini agar sektor fintech Indonesia segera memperkuat tata kelola perusahaan dan manajemen risiko. 

Ketua Steering Committee IFSoc Rudiantara menekankan bahwa sektor keuangan digital di Indonesia harus tetap waspada dan terus mencermati perkembangan kasus yang terjadi. 

"Kami berharap kondisi sektor keuangan digital dapat semakin stabil di tengah tech winter yang hingga saat ini masih bergulir," ujarnya  melalui keteranhgan resmi, Kamis (16/3/2023). 

Dia pun menyambut positif pernyataan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang menyebut bahwa tutupnya SVB tidak berdampak langsung pada industri keuangan di Indonesia yang dibuktikan dengan kondisi sektor perbankan yang masih kuat dan stabil. 

IFSoc berpandangan, pernyataan OJK tersebut merupakan kabar yang melegakan di tengah begitu banyaknya spekulasi yang bermunculan seiring dengan kolapsnya SVB, khususnya di sektor fintech. 

Rudiantara menuturkan bahwa berbagai spekulasi di berbagai kanal media sosial berkembang dengan sangat cepat pascapenutupan SVB oleh otoritas sektor keuangan di Amerika Serikat pada 10 Maret lalu. Menurut Rudiantara, di sektor keuangan termasuk fintech, spekulasi yang berkembang liar berpotensi memicu kepanikan masyarakat. 

“Hal ini akan membantu memberikan kepastian informasi dan mengerem perkembangan berbagai spekulasi yang berpotensi mengganggu kekondusifan sektor keuangan dan fintech di Indonesia”, katanya. 

Steering Committee IFSoc Tirta Segara menambahkan, kenaikan suku bunga, kebijakan moneter ketat, di negara-negara maju karena inflasi yang tinggi secara langsung telah berpengaruh pada kemampuan perusahaan startup termasuk fintech dalam mendapatkan pendanaan murah. 

Fenomena ini, ditambah dengan semakin menurunnya nilai aset likuid bank, disinyalir berkaitan dengan kejatuhan Silicon Valley Bank.

Berdasarkan observasi IFSoc, nilai pendanaan startup fintech memang meningkat sepanjang 2022, tetapi dengan jumlah penerima pendanaan yang menurun. 

Startup fintech telah memasuki babak baru. Saat ini, investor lebih selektif dalam memberikan pendanaan dengan lebih berfokus pada profitabilitas dibandingkan growth,” ujar Tirta.

Kondisi ini, menurutnya, perlu direspons dengan membangun ekosistem dan model bisnis fintech yang juga lebih fokus pada bottom line ketimbang volume dan pertumbuhan semata seperti pada masa-masa sebelumnya. Hal ini akan mendorong iklim startup fintech lebih sehat dan going concern

“Sebagaimana yang pernah kami sampaikan sebelumnya dalam catatan akhir tahun 2022 bulan Desember tahun lalu, penyesuaian terhadap model bisnis yang commercially viable sangat diperlukan. Hal ini akan berperan membentuk ekosistem keuangan digital yang kuat dan berkelanjutan," kata Tirta.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper