Banyak Ancaman Siber, Kapersky: Anggaran Keamanan TI di Asia Pasifik Naik 17 Persen

Khadijah Shahnaz Fitra
Senin, 20 Februari 2023 | 22:45 WIB
Ilustrasi ransomware/Freepik
Ilustrasi ransomware/Freepik
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Kaspersky memperkirakan anggaran keamaan untuk infrastuktur teknologi akan mengalami peningkatan seiring banyaknya ancaman siber atau serangan siber.

Hal ini berdasarkan survei yang dilakukan perusahaan siber tersebut, Kaspersky melakukan 3.230 wawancara di 26 negara dengan perusahaan yang memiliki lebih dari 50 karyawan. Sebanyak 834 responden berasal dari Asia Pasifik.

Dari hasil yang ada, terlihat bahwa anggaran TI untuk keamanan siber akan meningkat lagi selama 3 tahun ke depan bagi UMKM dan perusahaan untuk menangani berbagai insiden. 

Anggaran keamanan siber rata-rata pada 2022 adalah US$3,75 juta untuk perusahaan dengan US$12,5 juta dialokasikan untuk TI secara umum, sementara sektor UMKM menginvestasikan US$150.000 untuk keamanan TI dari anggaran TI rata-rata sebesar US$375.000.

Di Asia Pasifik (APAC), UMKM dan perusahaan di kawasan ini akan meningkatkan anggaran pertahanan online mereka 3 persen lebih tinggi dari rata-rata global sebesar 14 persen.

Di antara alasan untuk meningkatkan pengeluaran keamanan siber, responden dari Asia Pasifik secara khusus menyoroti kompleksitas infrastruktur TI (61 persen untuk UMKM lokal dan perusahaan lokal), dan kebutuhan untuk meningkatkan level keahlian spesialis keamanan (56 persen untuk kedua sektor). 

Faktor potensi risiko baru yang terjadi karena meningkatnya ketidakpastian geopolitik atau ekonomi disorot sebagai alasan peningkatan investasi sebesar 45 persen di UMKM dan 50 persen di level perusahaan.

EY CEO Outlook Pulse baru-baru ini mengungkapkan sejumlah gangguan terkait pandemi, kenaikan inflasi, ketegangan geopolitik, dan perubahan iklim telah menghantui perusahaan di kawasan Asia Pasifik tahun lalu. 

Selain itu, insiden keamanan siber seperti pelanggaran data dan serangan ransomware juga banyak melumpuhkan bisnis besar di kawasan ini pada 2022. 

Tahun ini, lebih dari setengah (59 persen) bisnis menganggap masalah perlindungan data sebagai yang paling menantang. Kekhawatiran terpenting kedua yang disoroti oleh 51 persen persen responden adalah biaya untuk mengamankan ruang lingkup teknologi yang semakin kompleks, diikuti dengan masalah adopsi infrastruktur cloud (44 persen).

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper