Bisnis.com, JAKARTA - International Data Corporation (IDC) melaporkan bahwa pangsa pasar Samsung di Indonesia meningkat signifikan pada 2022.
Produsen ponsel asal Korea Selatan itu bahkan berhasil menggeser posisi Xiaomi dan Vivo. Sementara itu, Oppo masih menjadi penguasa pasar Indonesia.
Dalam laporan bertajuk Worldwide Quarterly Mobile Phone, IDC melaporkan pangsa pasar Samsung di Indonesia meningkat 410 basis points (bps) menjadi 21,7 persen pada 2022, dari tahun sebelumnya sebesar 17,6 persen.
Jumlah pengiriman ponsel Samsung ke Indonesia juga meningkat 5,4 persen year-on-year/yoy menjadi 7,6 juta unit pada 2022 dari 7,4 juta unit pada tahun sebelumnya. Peningkatan terjadi pada saat produsen ponsel asal China kompak mengalami penurunan pengiriman.
Sejalan dengan pertumbuhan ponsel yang dikirim, Samsung berhasil menempati urutan kedua sebagai produsen ponsel dengan pangsa pasar terbesar di Indonesia menggeser Vivo dan Xiaomi.
Pada 2021, Xiaomi menempati urutan kedua dan Vivo menempati urutan ketiga dengan pangsa pasar masing-masing masih sebesar 18,1 persen dan 19,8 persen, dengan total pengiriman ponsel Xiaomi sebesar 8,1 juta unit dan Vivo sebesar 7,4 juta unit.
Namun, pada 2022 kondisinya berubah. Jumlah unit ponsel yang dikirim Xiaomi dan Vivo ambles. Pengiriman ponsel Xiaomi turun 38,6 persen yoy menjadi 5 juta unit dan pengiriman ponsel vivo turun menjadi 6,3 juta unit.
Hal itu berdampak pada pangsa pasar kedua produsen ponsel asal China tersebut yang turun menjadi 17,9 persen (Vivo) dan 14,2 persen (Xiaomi), menurut laporan IDC.
Produsen ponsel asal China lainnya, yaitu Oppo juga mengalami penurunan pengiriman unit ponsel pada 2022 sebesar 8 persen menjadi 7,8 juta unit dari 8,5 juta unit pada 2021.
Meski turun, Oppo tetap berhasil mempertahankan posisinya sebagai raja ponsel di Indonesia dengan pangsa pasar sebesar 22,4 persen.
Sementara itu, Associate Market Analyst di IDC Indonesia Vanessa Aurelia mengatakan, pasar ponsel pintar (smartphone) Indonesia mengalami penurunan sebesar 14,3 persen year-over-year (yoy) menjadi 35 juta unit pada 2022. Ini merupakan kali pertama dalam pasar ponsel Indonesia turun setelah 13 tahun berturut-turut terus mengalami pertumbuhan.
Dari segi segmen harga, perangkat di kategori < Rp3 juta (US$200) masih mendominasi pasar pada 2022, dengan kontribusi sekitar 74 persen dari pasar ponsel pintar Indonesia secara keseluruhan.
Meski demikian, segmen ini yang paling terpengaruh pada 2022 karena menyusut 19,8 persen yoy, terutama dipengaruhi oleh faktor-faktor perekonomian dan daya beli. Di sisi lain, segmen mid-range (Rp3 juta <Rp6 juta) dan mid-to high-end (Rp6 juta<Rp9 juta) tumbuh pada tingkat gabungan sebesar 3,6 persen yoy, dipimpin oleh Oppo.
Perangkat dengan harga lebih tinggi dalam kategori >Rp9 juta memiliki kinerja yang lebih baik pada 2022, karena segmen tersebut tumbuh 36,9 persen yoy, dipimpin oleh Apple dan Samsung.
Vanessa mengatakan, pertumbuhan saluran online melambat karena aktivitas saluran offline dilanjutkan dan pengecer berfokus pada profitabilitas.
IDC memperkirakan pada 2023 kondisi pasar ponsel Indonesia stagnan atau minimal mengalami pertumbuhan rendah satu digit di tengah bayang-bayang inflasi, pergerakan nilai tukar, ketegangan geopolitik, dan kebijakan moneter.
“Konsumen akan lebih memperhatikan pengeluaran mereka dan perusahaan akan lebih berhati-hati dalam menyusun strategi sambil mengatur ulang pendekatan mereka ke pasar. Segmen kelas bawah cenderung lemah karena peningkatan pengeluaran di area lain,” kata Vanessa.
Pada sisi lain, segmen premium diharapkan lebih tangguh karena konsumen menginginkan spesifikasi dan daya tahan yang lebih baik.
“Sementara vendor juga memperluas portofolio mereka dengan harga lebih tinggi,” kata Vanessa.