Bisnis.com, JAKARTA - Kaspersky menyebut penyebab insiden keamanan siber yang menerpa dunia usaha global ternyata terjadi akibat adanya miskomunikasi di departemen atau tim keamanan teknologi informasi (TI) di dalam perusahaan.
Menurut survei Kaspersky baru-baru ini, sebanyak 62 persen manajer tingkat atas mengakui miskomunikasi dengan departemen atau tim keamanan TI telah mengakibatkan setidaknya satu insiden keamanan siber di perusahaan mereka.
Lebih lanjut, sebanyak 34 persen eksekutif non-IT menilai insiden siber terjadi karena kurangnya kerja sama antara tim yang berbeda. Situasi tersebut dinilai membuat mereka mempertanyakan keterampilan dan kemampuan sesama kolega di perusahaan.
Hampir sepertiga dari total 1.300 responden bahkan mengatakan pernah mengalami insiden siber lebih dari satu kali. Efek negatif lainnya adalah terbuangnya anggaran, hilangnya karyawan berharga, dan memperburuk hubungan antartim yang dialami oleh 61 persen responden.
Terkait dengan anggaran yang terbuang, salah satunya tercermin dalam survei analitik yang dilakukan oleh Forrester. Survei Forrester menyebut rata-rata perusahaan merogoh kocek senilai US$2,4 juta dalam 37 hari untuk mendeteksi serta memulihkan insiden siber.
Kepala Keamanan Informasi di Kaspersky Alexey Vovk mengatakan hal yang menjadi tantangan bagi perusahaan guna membenahi kondisi tersebut adalah kemampuan menempatkan diri pada posisi orang lain, antisipasi, serta mencegah kesalahpahaman yang serius.
"Komunikasi yang jelas antara eksekutif perusahaan dan manajemen keamanan TI merupakan prasyarat untuk keamanan bisnis perusahaan," Vovk dalam keterangan resmi yang diterima, Kamis (19/1/2023).
Menurutnya, di satu sisi chief information security officer (CISO) harus mengetahui bahasa bisnis dasar dalam menjelaskan risiko yang ada. Di sisi lain, bisnis juga harus memahami bahwa keamanan informasi di abad ke-21 merupakan bagian integral sehingga perlu investasi untuk melindungi aset perusahaan.