Bisnis.com, JAKARTA - Pada 5 Januari 1896 fisikawan Jerman Wilhelm Conrad Rontgen menemukan alat radiasi sinar X yang kemudian disebut seperti namanya.
Kabar penemuan ini segera membangkitkan minat yang sangat besar di masyarakat dan juga memulai penelitian intensif di beberapa arah.
Dokter dan fisikawan pun sejak Januari 1896 menggunakan sinar-X atau X-ray pada pasien untuk menyelidiki kerangka dan selanjutnya paru-paru dan organ lainnya. Ini adalah kelahiran atau radiologi.
Mereka mengamati eritema kulit, dengan menggunakan sinar-X terhadap berbagai lesi. Pada Juni 1896 pasien pertama dirawat dengan radioterapi. J.J. Thomson (Cambridge, Inggris) menunjukkan bahwa sinar-X dapat mengionisasi gaz dan studi tentang fenomena ini mengarah pada penemuan elektron pada tahun 1897.
Untuk memahami pancaran sinar-X, H. Becquerel (Paris) menyelidiki peran fosforesensi kaca tabung dan saat melakukannya menemukan radioaktivitas pada Maret 1896.
Sinar-X dan radioaktivitas merupakan asal mula revolusi ilmiah pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20.
Baca Juga Pantau kesehatan jantung dengan Sinar X |
---|
Penelitian tentang bahan radioaktif menunjukkan keberadaan atom yang sampai saat itu hanya merupakan hipotesis yang mudah untuk menjelaskan reaksi kimia, tetapi realitasnya dianggap meragukan oleh sebagian besar fisikawan.
Selain itu, interaksi partikel yang dipancarkan oleh radionuklida dan atom pertama-tama memungkinkan studi tentang struktur atom dan selanjutnya nukleusnya. Materi, unsur-unsur yang dianggap tidak dapat diubah ternyata dapat diubah, dan akhirnya hancur.
Asal usul energi yang ditransfer ke radiasi yang dipancarkan muncul sebagai misteri dan untuk menjelaskannya fisikawan harus menerima bahwa materi dapat mengubah energi. Pada tahun 1903 Einstein menetapkan kesetaraan antara materi dan energi. Materi, energi, listrik, cahaya yang sebelumnya dianggap sebagai besaran kontinu ternyata diskrit: ada partikel materi (partikel elementer), energi (kuanta, Planck 1905), listrik (elektron), cahaya (foton).
Peluruhan radioaktif, interaksi partikel memberlakukan fisika probabilistik yang secara progresif menggantikan fisika deterministik klasik. Radioaktivitas dapat digunakan sebagai jam untuk mengukur waktu di alam semesta.
Data dibuat untuk fosil, mahakarya seni dan juga untuk bumi, tata surya, dan alam semesta. Difraksi sinar-X terbukti menjadi alat yang ampuh untuk mempelajari kristal dan molekul, khususnya protein, dan pada tahun 1953 memungkinkan untuk menunjukkan heliks ganda DNA. Karenanya sinar-X dan radioaktivitas melahirkan revolusi dalam fisika dan sains dan dalam visi alam.
Sinar yang tak terlihat namun begitu kuat menunjukkan kekurangan indera kita. Entitas matematika dan instrumentasi harus melengkapi sensasi kita. Peningkatan besar dalam pengetahuan kita disertai dengan perceraian antara ilmuwan dan orang awam yang sekarang sering mengalami kesulitan besar dalam memahami konsep-konsep baru tidak hanya dalam fisika tetapi juga dalam biologi.