3. Haus!
Haus!, startup ritel F&B yang berdiri sejak 2018 sempat menganti kebijakannya terkait bisnis waralaba. Awalnya Haus memberikan layanan waralaba dengan sistem bagi hasil 50:50.
Namun sejak 2020, Haus tidak menerapkan sistem waralaba dalam ekspansi bisnisnya kembali, karena melihat adanya kecenderungan kelangsungan bisnis dengan modal waralaba sangat minim untuk bisa sukses dalam jangka panjang.
Haus! pun pertama kali mendapatkan pendanaan pada 2020, oleh BRI Ventures sebanyak Rp30 miliar untuk Seri A. Pendanaan terahkir pada Juni 2022 dengan jumlah yang tidak diungkapkan. Investor Seri B1 dari beberapa angel investors dan VC Regional seperti Strategic Year Holdings dan Atlas Global Ventures.
Baca Juga Ini Dia Empat Startup IPO Tahun Ini |
---|
Sebelumnya Haus! mengeklaim setelah mendapatkan suntikan dana seri A, startup tersebut mencatatkan peningkatan penjualan sebesar 54,5 persen dari US$11 juta atau Rp156 miliar pada tahun 2020 menjadi US$17,53 juta atau Rp252 miliar pada 2021.
4. Fore Coffee
Fore Coffe, startup kopi ritel yang berdiri sejak 2018 ini memiliki kesamaan dengan Kopi Kenangan dalam menjalan bisnis waralaba. Kedua startup ini tidak memberikan layanan waralaba, artinya semua gerai merupakan kelolahan manajemen sendiri.
Pendanaan pertama pada 2019 sebesar US$8,5 juta atau setara dengan Rp127 miliar dari East Ventures, SMDV, Pavilion Capital, Agaeti Venture Capital, Insignia Ventures Partners, dan beberapa angel investor lainnya. Adapun, pendanaan terakir, berdasarkan data Crunchbase sebesar US$30 juta atau sekitar Rp435 miliar.
Sebelumnya pun, Fore Coffe mengatakan akan mengakselerasi pertumbuhan bisnisnya dengan menargetkan 100 gerai baru dan pengembangan produk F&B seasonal (musiman).
5. Menantea
Menantea merupakan startup besutan Youtuber Jerome Polin dan Jehian Panagian yang mengusung konsep modern fusion tea kekinian. Startup ini pun menawarkan opsi waralaba.
Dalam sistem operasionalnya, Menantea menerapkan low stock alert system yakni notifikasi ke manager / PIC toko saat toko menipis.
Menantea juga mengawasi quality control dengan teknologi, memesan bahan baku dengan aplikasi yang terintegrasi, dan mendapat modul laporan operasional, finansial, inventory dan lain-lainnya. Nilai investasi, dalam tipe standar berkisar di angka Rp125 juta, belum termasuk dengan mesin dan peralatan.
Sementara, untuk tipe autopilot yang sudah termasuk mesin dan peralatan ada tambahan biaya Rp50 juta menjadi Rp175 juta. Sampai saat ini pun belum ada pendanaan yang masuk ke startup ini.