Inovasi XR dan Gamifikasi Bisa Atasi Skill Gap di Dunia Kerja

Mia Chitra Dinisari
Minggu, 1 Januari 2023 | 12:26 WIB
Ilustrasi gamifikasi
Ilustrasi gamifikasi
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA -Indonesia diperkirakan akan mengalami bonus demografi pada 2030 mendatang. Populasi penduduk usia kerja diperkirakan akan mencapai lebih dari 208 juta jiwa dengan sekitar 69 persen masuk dalam angkatan kerja.

Namun melansir dari Badan Pusat Statistika (BPS), hingga Februari 2022 lalu angka pengangguran di Indonesia sebanyak 5,83 persen dari total penduduk usia kerja. Dari jumlah tersebut, hampir 14 persen di antaranya merupakan lulusan jenjang pendidikan diploma dan sarjana (S1).

CEO Primeskills William Irawan mengatakan skill gap menjadi salah satu penyumbang tingginya angka pengangguran di Indonesia.

Dia mengatakan salah satu untuk mengatasi gap tersebut yakni inovasi training berbasis XR dan gamifikasi yang dapat membantu mempersempit jarak keterampilan antara lulusan dan industri yang terjadi saat ini, seperti pembuatan modul dan konten menggunakan teknologi virtual reality (VR) demi meningkatkan kualitas pembelajaran.

Pernyataan ini diperkuat dengan adanya hasil riset global Price Waterhouse Cooper (PwC). Para peserta pelatihan dengan menggunakan AR dan VR mengaku empat kali lebih cepat dan fokus berlatih dibanding di dalam kelas, 275 persen lebih percaya diri untuk mengaplikasikan pembelajaran keterampilan setelah training.

Selain itu, metode tersebut juga disebutkan 3,75 kali lebih terkoneksi secara emosional dengan materi yang diajarkan. Hal ini membuktikan AR dan VR dapat meningkatkan inovasi dan produktivitas. Dalam skala yang lebih luas, kedua teknologi ini juga mampu mendukung pelatihan yang tidak selalu praktis atau aman untuk dilakukan di dunia nyata.

Dia memaparkan, teknologi XR yang telah dikembangkan Primeskills merupakan gabungan dari seluruh immersive technology seperti augmented reality (AR), virtual reality (VR), dan mixed reality (MR). Seperti yang telah diketahui, AR merujuk pada teknologi yang menampilkan elemen digital ke dunia nyata di mana perangkat lunak AR mampu mengenali objek seperti meja dan dinding, kemudian memproyeksikan gambar dengan benar pada permukaan tersebut seperti filter Instagram atau mobile game Pokemon Go.

Sebaliknya, VR mengacu pada teknologi yang benar-benar memutus dunia nyata, digantikan dengan dunia virtual yang disimulasikan.

Menurutnya, teknologi imersif dapat menjadi solusi yang relevan dan bisa disesuaikan juga memenuhi dengan kebutuhan dari industri yang berbeda. Industri saat ini tentu membutuhkan talent lulusan dengan kualitas yang baik dan kami optimis teknologi yang dikembangkan dapat menjadi solusi bagi banyak industri.

Pengembangan teknologi pun, lanjutnya, diperluas untuk peningkatan kualitas SDM seperti career fair, onboarding, learning and development, assessment, events, dan learning management system bagi klien perbankan, universitas, retail, hingga pemerintahan. Sejauh ini kami telah mendapat penilaian yang positif dan menjadi inovasi terbaru Primeskills untuk masuk ke dalam ekosistem dunia virtual,” jelas William.

“Kami percaya bahwa teknologi teknologi imersif mampu menjadi solusi untuk tantangan skill gap di masa mendatang. Oleh karena itu, Primeskills akan terus meningkatkan performa kualitas teknologi dan berfokus dengan industri yang relevan, juga disesuaikan dengan tujuan di atas, yakni peningkatan kualitas SDM dengan menyasar human resources dan universitas,” papar William.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper