Resesi Global Bisa Bikin Ongkos SKKL Echo-Biforst Bengkak

Leo Dwi Jatmiko
Minggu, 18 Desember 2022 | 21:00 WIB
Ilustrasi SKKL yang akan dibangun konsorsium Facebook-Google./istimewa
Ilustrasi SKKL yang akan dibangun konsorsium Facebook-Google./istimewa
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Kondisi perekonomian global yang tidak menentu akibat perang Rusia-Ukraina, yang berpotensi memicu resesi dunia, bisa bikin biaya penggelaran Sistem Komunikasi Kabel Bawah Laut (SKKL) Echo-Biforst membengkak. Pasalnya, sejumlah komponen dalam penggelaran SKKL ini menggunakan kurs luar negeri. 

Echo dan Biforst adalah dua SKKL yang saat ini sedang dibangun oleh PT XL Axiata Tbk. (EXCL) dan PT Telkom Indonesia Tbk. (TLKM), bekerja sama dengan perusahaan raksasa teknologi Facebook dan Alphabet Google. 

Ketua Pusat Kajian Kebijakan dan Regulasi Telekomunikasi Institut Teknologi Bandung (ITB) Ian Yosef M. Edward mengatakan resesi global berpotensi memberi pengaruh pada penggelaran SKKL Echo-Biforst, karena hampir semua perangkat SKKL adalah impor. 

Tidak hanya itu, jasa pemasangan kabel laut, baik kapal lalu  dan tenaga ahli, juga berasal dari pihak luar yang dibayar dengan kurs luar. 

“Tentu konflik Rusia-Ukraina berpengaruh, karena pergerakan mata uang terhadap US$ yang cenderung meningkat,” kata Ian, Minggu (18/12/2022). 

Ian menambahkan meski dibayang-bayangi oleh resesi global, kehadiran SKKL Echo-Biforst akan memberikan banyak manfaat bagi Indonesia. Dengan adanya tambahan International Gateway, akan membuat availabilitas jaringan internasional meningkat. 

Sementara itu, Sekjen Asosiasi Kabel Laut Seluruh Indonesia (Askalsi) Resi Y. Bramani mengatakan faktor biaya menjadi pertimbangan utama dalam setiap rencana pembangunan. 

Dia berpendapat faktor biaya dalam proyek Biforst dan Echo tidak akan menjadi beban atau penghambat utama. 

Menurutnya, Facebook dan Google merupakan perusahaan besar, yang memiliki dana sangat cukup untuk membangun SKKL yang menghubungkan Indonesia dengan Amerika Utara. 

Proyek ini pun akan tetap berjalan sesuai dengan targetnya, di tengah bayang-bayang resesi. 

Selain itu, lanjutnya, bagi bisnis aplikasi/ konten kepemilikan suatu infrastruktur jaringan telekomunikasi adalah suatu keharusan. Perusahaan teknologi besar tidak bisa selamanya terus bergantung pada pemilik infrastruktur jaringan. 

Pasalnya, sewaktu-waktu layanan yang mereka berikan bisa saja diblok oleh pemilik infrastruktur sehingga tidak dapat memberikan layanan kepada para pelanggan. 

Kemudian, kata Resi, rencana pembangunan Biforst dan Echo sudah jauh lama terencana bahkan Echo sudah memperoleh Persetujuan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang Laut (PKKPRL) dari Menteri Kelautan dan Perikanan. 

“Di mana PKKPRL ini memiliki batas waktu 2 tahun. Jika dalam 2 tahun tidak terbangun maka akan terkena sanksi,” kata Resi. 

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper