IDC Prediksi Pengiriman Ponsel Cuma Naik 2,3 Persen Tahun Depan

Khadijah Shahnaz Fitra
Sabtu, 10 Desember 2022 | 09:30 WIB
Ilustrasi penggunaan ponsel. / Dok. OPPO
Ilustrasi penggunaan ponsel. / Dok. OPPO
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - International Data Corporation (IDC) memproyeksi pengiriman ponsel secara global akan meningkat tipis sebesar 2,8 persen pada 2023.

Berdasarkan data Worldwide Quarterly Mobile Phone Tracker peningkatan ini akan mencapai 2,8 persen menjadi 1,27 miliar unit pada tahun depan. Meski masih meningkat, proyeksi pengiriman ponsel tersebut lebih rendah 70 juta unit dari ramalan IDC sebelumnya.

Hal itu seiring dengan kondisi makroekonomi global saat ini yang mempengaruhi permintaan ponsel. Adapun, IDC memperkirakan sebanyak 1,04 miliar ponsel yang terkirim pada 2023 menggunakan sistem operasi Android.

Jumlahnya meningkat 3,1 persen dibandingkan proyeksi sepanjang tahun ini. Sementara, 233,5 juta unit ponsel yang terkirim secara global pada 2023 memiliki sistem operasi iOS.

Jumlah tersebut mencatatkan kenaikan sebesar 1,3 persen dibandingkan pada 2022. Jumlah pengiriman smartphone global diproyeksi terus mengalami peningkatan dalam empat tahun ke depan.

IDC memproyeksikan jumlahnya mencapai 1,39 miliar unit dengan pertumbuhan tahunan sebesar 2,3 persen pada 2026. Secara rinci, pengiriman ponsel berbasis Android diperkirakan mencapai 1,15 miliar unit pada 2026.

Sementara, pengiriman ponsel iOS sebanyak 247,5 juta unit. Perkiraan kenaikan jumlah pengiriman ponsel tersebut seiring dengan perkembangan 5G di seluruh dunia. Selain itu, momentum terus berlanjut di sekitar pasar ponsel lipat sejalan dengan penurunan biaya dan lebih banyak perusahaan manufaktur yang menciptakannya.

Adapun di Indonesia, IDC melaporkan pasa ponsel kembali lesu pada kuartal III/2022, dengan penurunan sebesar 12,4 persen secara tahunan .

Associate Market Analyst IDC Indonesia Vanessa Aurelia mengatakan lemahnya pasar smartphone tersebut diakibatkan inflasi yang mencapai 5,95 persen y-o-y pada September 2022 setelah meningkatnya harga BBM subsidi dan non-subsidi.

"Meningkatnya harga bahan bakar berdampak negatif pada daya beli masyarakat dan permintaan pasar," katanya, Rabu (16/11/2022).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper