Tutup Hinet, Berca Jalin Kesepakatan dengan Telkomsel dan Smartfren (FREN)? 

Leo Dwi Jatmiko
Selasa, 15 November 2022 | 14:24 WIB
SAP dan Internet of Things (IoT)/Istimewa
SAP dan Internet of Things (IoT)/Istimewa
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Pengamat telekomunikasi menilai langkah PT Berca Hardayaperkasa  menutup layanan internet bergerak Hinet disebabkan ketatnya persaingan di industri telekomunikasi. Wilayah layanan Hinet terbatas pada 8 area, berbeda dengan operator seluler lainnya yang memiliki wilayah layanan nasional. 

Direktur Eksekutif ICT Institute Heru Sutadi mengatakan persaingan di industri telekomunikasi yang sangat ketat telah membuat Berca menutup layanan Hinet. Produk seluler milik Berca  tidak dapat bersaing dengan produk operator seluler yang memiliki jangkaun nasional. 

“Kemudian energinya habis untuk membayar biaya hak penggunaan [BHP] frekuensi yang besar tiap tahunnya bahkan dari era Wimax. Untuk mengembangkan diri agak berat dan butuh dukungan finansial yang sangat besar,” kata Heru, Selasa (15/11/2022). 

Dia menuturkan dengan menghentikan layanan, kemungkinan penggunaan frekuensi 2,3 GHz juga berhenti. Namun, jika Berca tidak ingin menghentikan penggunaan spektrum, dan memilih agar frekuensi tersebut dikerjasamakan dengan Telkomsel atau Smartfren, hal tersebut memungkinkan karena telah diatur dalam UU Ciptaker. 

“Kalau dikembalikan izinnya, artinya frekuensi kosong dan bisa dilelang. Telkomsel lebih berpeluang menggunakan frekuensi ini dibandingkan dengan Smartfren,” kata Heru. 

Sementara itu, Ketua Pusat Kajian Kebijakan dan Regulasi Telekomunikasi Institut Teknologi Bandung (ITB) Ian Yosef M. Edward berpendapat justru berhentinya layanan Hinet karena sudah kesepakatan bisnis antara Berca dengan operator seluler, antara Telkomsel, Smartfren atau keduanya.  

“Kesepakatan dapat dalam bentuk revenue sharing berjangka waktu tertentu atau pun tukar dengan saham, atau lainnya yang saling menguntungkan kedua belah pihak,” kata Ian. 

Dia juga mengatakan spektrum bekas Hinet tidak akan kosong karena akan digunakan oleh operator di pita 2,3 GHz, setelah dikembalikan kepada pemerintah terlebih dahulu.

Menurut meski spektrum Berca hanya berlaku di 8 wilayah, namun cukup besar. Operator yang akan mengisi spektrum bekas Berca, berpeluang mendapatkan pita frekuensi dengan lebar sekitar 15 MHz - 30 MHz. 

“Dengan demikian pemenang lelang kotor sebelumnya akan mendapatkan pita frekuensi yang berlaku secara nasional dan layanan 5G akan berlaku nasional,” kata Ian. 

Untuk diketahui, Berca menguasai 8 dari 15 zona di pita 2,3 GHz. Berca juga memiliki 15 MHz di Sumatra bagian utara dan Kepulauan Riau (Kepri) dan pita frekuensi sebesar 30 MHz di Sumatra bagian tengah, Sumatra bagian selatan, Bali dan Nusa Tenggara, Sulawesi bagian selatan, Kalimantan bagian barat, dan Kalimantan bagian timur. 

Dengan berhentinya layanan Hinet, maka frekuensi tersebut berpeluang dikembalikan kepada pemerintah untuk selanjutnya dilelang. 

Sebelumya, PT Berca Hardayaperkasa menutup layanan internet bergerak milk mereka hinet. Per 16 November 2022, layanan internet tersebut tidak akan melayani para pelanggannya di 8 wilayah layanan Denpasar, Makassar, Pekanbaru, Batam, Medan Palembang, Pontianak dan Balikpapan.

Dalam laman resminya, sebagai bentuk pertanggungjawaban, Berca akan memberikan pengembalian dana (refund) bagi pelanggan yang masih memiliki sisa kuota.  Refund dilakukan di galeri Hinet mulai dari 17 November - Desember 2022. 

Berca Hardayaperkasa (BHp) adalah salah satu dari puluhan perusahaan yang beroperasi di bawah Manajemen Perusahaan Grup Central Cipta Murdaya (CCM), milik konglomerat Murdaya Widyawimarta Poo atau biasa dipanggil Murdaya Poo. 

Pada 2019, Forbes mencatat Murdaya sebagai orang terkaya peringkat 1605 di dunia dan termasuk dalam 50 orang terkaya di Indonesia pada 2018. Murdaya adalah suami dari Siti Hartati yang juga merupakan salah satu orang terkaya di indonesia pada masanya. 

CCM memiliki enam pilar Lini Bisnis, yaitu Teknologi Komunikasi Informasi, Properti, Rekayasa – Konstruksi – Manufaktur, Sumber Daya Alam, Alat Berat dan Ritel & Manufaktur Fashion, CCM beroperasi di berbagai negara seperti Indonesia, Singapura dan Amerika Serikat, dan kantor pusat di Jakarta , dan memiliki lebih dari 30.000 karyawan.

BHP memiliki menawarkan solusi dan layanan digital yang didukung oleh ekosistem yang luas dan memanfaatkan kekuatan infrastruktur IT seperti hyper-converged, omni-cloud, IoT/edge computing melalui Jaringan LoRA/4G dan 5G, pengukuran dan pemantauan, komputasi kognitif dan kecerdasan buatan.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Leo Dwi Jatmiko
Editor : Kahfi
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper