Bisnis.com, NTT - Kampung Adat Bena merupakan salah satu kampung yang masih mempertahankan kebudayaan dan adat dari lelulur yang telah berlangsung puluhan abad silam.
Tim Jelajah Sinyal 2022 Bisnis Indonesia yang mendatangi lokasi itu, sangat senang karena disuguhkan dengan pemandangan cantik sepanjang perjalanan ke wilayah yang jalannya hanya bisa dilewati satu mobil tersebut.
Kondisi medan yang dihadapi juga tidak mudah, karena jalan tersebut meskipun sudah diratakan dengan aspal ternyata banyak kontur yang menanjak dan menurun cukup ekstrim dengan diselimuti kabut tebal mempesona.
Namun, ketika pengunjung memasuki jalan menuju ke Kampung Adat Bena tersebut, langsung disambut keramahan warga dengan senyuman khas sembari lambaian tangan mereka kepada kami yang melewatinya.
Ketika tiba di lokasi Kampung Adat Bena tersebut, ada sebuah gapura besar bertuliskan Selamat Datang di Situs Megalith dan Rumah Adat Bena.
Sayangnya, pengunjung yang menggunakan mobil tidak bisa memarkirkan mobilnya di depan gapura tersebut, tetapi harus menuruni bukit sekitar 100 meter dan disediakan lapangan untuk parkir mobil dan motor.
Setelah masuk melalui gapura itu, pengunjung harus menuruni tangga terbuat dari batu yang sudah ada beberapa tahun lalu. Kemudian, ada kasir di sisi kiri pintu masuk yang mengenakan tarif hanya sebesar Rp20.000 per orang.
Pembayaran yang bisa digunakan tidak hanya cash tetapi juga bisa menggunakan sistem pembayaran digital. Jika tidak ada akses internet, Kampung Adat Bena juga menyediakan wifi dari Indihome untuk memudahkan pengunjung mengkakses Internet dan memposting Kampung Adat Bena di media sosial.
Berdasarkan pantauan Tim Jelajah Sinyal 2022 Bisnis Indonesia, wisatawan yang mendatangi kampung adat itu tidak hanya berasal dari dalam negeri, tetapi juga dari luar negeri.
Setelah melakukan pembayaran, pengunjung bisa langsung mendatangi sejumlah rumat adat yang ada di sekitar lokasi tersebut.
Total jumlah penduduk Kampung Adat Bena ada sebanyak 42 kepala keluarga (KK) dengan jumlah penduduk sebanyak 480 orang dari 9 suku yaitu suku Dizi, Wato, Daru Lalewa, Deru Solomai, Bena, Dizi, Kopa, Ago, Ngada.
Mayoritas agama penduduk Kampung Adat Bena beragama Katholik, namun kepercayaan terhadap leluhur yang selalu hadir bersama mereka dalam situasi apapun beserta upacara mereka masih terjaga sampai saat ini. Jumlah rumah yang ada di kampung adat itu yakni sesuai dengan KK yaitu 42.
Namun bentuk rumah yang ada di Kampung Adat Bena tidak semuanya sama, ada tiga jenis rumah yang memiliki arti berbeda antara lain Sa'o Pu'u merupakan rumah yang diletakan rumah kecil di atas atap rumah, Sa'o Lobo merupakan rumah yang diletakan patung kecil dan Sa'o Kaka yaitu rumah adat biasa, lalu perbedaan itu bisa dilihat dari ujung atap rumah.
Kemudian, pada bagian depan rumah penduduk juga terdapat tempat ngaduh dan bhaga yang jadi merupakan simbolis keberadaan suku setempat. Untuk diketahui, ngaduh adalah tiang kayu yang memanjang dan diukir dengan motif sawah serta beratapkan alang-alang dan ijuk berbentuk payung yang merupakan representasi nenek moyang laki-laki.
Sementara itu, bhaga adalah sebuah tiang yang di atasnya ada alang-alang mirip payung coffe shop yang merupakan representasi dari nenek moyang perempuan, kemudian di depan ngaduh dan bhaga juga biasanya ada monumen batu dan sesajian untuk para leluhur di Kampung Adat Bena.
Kemudian, jika pengunjung masuk hingga ke ujung kampung Adat Bena tersebut, ada tangga yang bisa dinaiki untuk menuju ke goa Bunda Maria dan di belakang goa Bunda Maria ada lokasi terbaik dari Kampung Adat Bena yaitu pemandangan bukit yang indah dari dataran tinggi setinggi 2.224 meter di atas permukaan laut.
Maka dari itu, mampirlah ke Kampung Adat Bena jika sedang berwisata ke wilayah Flores NTT untuk menikmati keindahan lokasi tersebut.