Bisnis.com, JAKARTA - Google menutup aplikasi Terjemahan atau Translate untuk China, mengakhiri salah satu dari sedikit layanan tersisa yang masih dioperasikan raksasa AS di arena internet terbesar di dunia tersebut.
Dilansir dari Bloomberg, Senin (3/10/2022) ketika dicari Google Translate, halaman web layanan di China sekarang menunjukkan foto bilah pencarian umum yang dialihkan ke situs terjemahan Google Hong Kong, yang tidak dapat diakses dari daratan.
“Kami telah menghentikan Google Translate di China daratan karena penggunaan yang rendah,” kata perwakilan Google dalam sebuah pernyataan.
Sebelumnya, Google Alphabet Inc., telah menarik layanan mesin pencarinya dari China sejak 2010 karena penyensoran konten internet oleh pemerintah. Sejak saat itu Google selalu mencari cara untuk mempertahankan pijakan di pasar China.
Google mulai membuat layanan terjemahannya tersedia untuk pengguna di negara itu pada tahun 2017 melalui situs web khusus dan aplikasi smartphone.
Dilansir Gizmodo, Selasa (4/10/2022) pada tahun 2018, laporan menunjukkan Google berencana untuk membuat versi mesin pencarinya, dengan nama kode Dragonfly, yang akan membatasi warga China melihat konten yang tidak dibolehkan pemerintah mereka.
Google mendapat banyak kritik dari para pendukung kebebasan berbicara di waktu yang sama China sangat menyensor berita tentang tindakan keras brutal di Tibet.
Dragonfly menyebabkan pertempuran kecil di dalam tim internal Google yang bermuarasa perusahaan membatalkan rencana peluncuran kembali di China, menurut laporan 2018 dari The Intercept.
Google kemudian berjuang untuk mempertahankan kehadirannya di pasar China sambil menyeimbangkan seruan agar perusahaan menolak sensor.
Google, bersama dengan perusahaan teknologi besar lainnya, menolak untuk menyerahkan data pengguna kepada polisi Hong Kong begitu China menguasai pulau itu.
Pada bulan April tahun ini, Google menyensor saluran YouTube dari Kepala Eksekutif Hongkong yang akan datang John Lee atas sanksi AS. AS mengatakan Lee berperan penting dalam menindak kebebasan berbicara di Hong Kong.
Adapun, penghentian layanan penerjemahan terjadi ketika ketegangan AS-China meningkat dan kedua negara bergerak untuk melindungi teknologi sensitif dan kekayaan intelektual.