Startup Indonesia Diyakini Jadi Pasar Potensial Bagi Komputasi Awan

Akbar Evandio
Rabu, 21 September 2022 | 07:32 WIB
Ilustrasi Startup. Bisnis/Arief Hermawan P
Ilustrasi Startup. Bisnis/Arief Hermawan P
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Perusahaan konsultan teknologi informasi (IT) asal Amerika Serikat (AS) Searce Inc meyakini bahwa perusahaan rintisan (startup) Indonesia merupakan pasar potensial bagi rencana untuk memperluas cakupan pasarnya di Tanah Air pada tahun ini.

Country Director Searce di Indonesia Benedikta Satya mengatakan, jumlah rintisan terus berkembang pesat di Indonesia. Menurutnya, hingga Juli 2022, tercatat 2.391 startup berasal dari Indonesia di antaranya terdapat 2 decacorn dan 8 unicorn.

“Kami melihat potensi pasar yang sangat besar. Pertumbuhan di Indonesia bisa 20—40 persen di setiap tahunnya untuk pangsa pasar komputasi awan, sementara perkembangan target bisnis kami naik 30 persen tiap tahunnya,” ujarnya melalui wawancara eksklusif dengan Bisnis, Rabu (21/9/2022).

Bene menjelaskan bahwa hubungan antara komputasi awan dan pelaku startup layaknya simbiosis mutualisme, salah satunya komputasi awan memberikan keuntungan untuk menekan biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan rintisan.

“Keuntungan awan itu salah satunya meminimalisir resiko dan uang. Mereka [startup] bisa menekan 20—30 persen pengeluaran biaya. Tergantung tipe bisnis, bisa jadi 50 persen bisa ditekan. Alokasi biaya untuk kebutuhan perangkat keras, perawatan, dan lainnya bisa dialihkan untuk kebutuhan lain bila menggunakan awan,” katanya.

Bene menambahkan, saat ini porsi kontribusi bisnis dari Indonesia sudah 50 persen dari pendapatan di Asia Tenggara, jauh lebih besar dari Malaysia.

"Kalau dilihat dari potensi pasar, Indonesia itu besarnya sama dengan Singapura tambah Malaysia, Filipina dan lain-lain. Untuk tahun ini, kami targetkan kontribusi revenue Indonesia bisa naik jadi 70 persen," pungkasnya.

Besarnya pendapatan Indonesia, lanjutnya, lantaran dari sisi populasi, Indonesia jauh lebih besar dari negara Asteng lain. Dari startup, Indonesia posisi 5 jumlah startup terbanyak di dunia. Kemudian, daya beli dan adopsi teknologi di Indonesia juga cepat.

Dia melanjutkan, startup yang bergerak di bidang logistik, ritel, e-commerce merupakan pasar yang giat mengadopsi awan, sebab kebutuhan perusahaan dalam mengantisipasi pergerakan data yang cepat serta akurat.

“Perlu bagi perusahaan yang ingin cepat mengikuti perkembangan jaman untuk mengadopsi komputasi awan,” ujarnya.

Selain itu, Bene melanjutkan tidak hanya biaya operasional, tetapi efisiensi tenaga kerja dapat terealisasikan dengan mengadopsi awan, di mana saat perusahaan biasanya membutuhkan banyak pekerja yang mengadopsi perangkat keras, maka apabila menggunakan awan dapat memangkas pekerja.

“Pasti, kembali lagi awan bisa menekan kebutuhan pekerja. Misalnya, 5 orang yang handle menjadi 2 orang pekerja. Sisa tiga pekerja lain bisa dimaksimalkan untuk mengisi bagian lain,” tuturnya.

Meski begitu, dia mengamini bahwa penetrasi penggunaan teknologi tersebut di Indonesia masih menghadapi sejumlah tantangan. Mulai dari masalah jaringan internet harus ditingkatkan.

“Tantangan lain juga perusahaan besar yang terlanjur masih tradisional yang memiliki data server, sistem, dan lainnya. Namun, perlahan mereka sekarang mulai melirik untuk menghandle secara hybrid dengan adopsi komputasi awan,” ujarnya.

Dia juga akan menambah fokus bisnis ke perusahaan tradisional pada tahun ini, walaupun startup atau native digital business tetap jadi fokus utamanya, tetapi perusahaan tradisional yang dibidik seperti perbankan, migas, serta manufaktur merupakan sektor yang menarik untuk dituju, mengingat kebutuhan data yang disimpan dalam jumlah besar membutuhkan rumah yang aman saat ini.

Sekadar informasi, dalam beberapa tahun ke depan, belanja TI di Indonesia diperkirakan mengalami pertumbuhan tercepat di kawasan Asia Pasifik.

Dari studi yang dikutip Allied Telesis, perusahaan teknologi komunikasi jaringan asal Jepang, pendapatan di pasar layanan TI diproyeksikan mencapai US$3,6 miliar pada 2022 dan hingga 2027 diperkirakan tumbuh (CAGR) sebesar 11,86 persen sehingga diperkirakan pasar layanan TI Indonesia akan mencapai US$6,31 miliar pada 2027.

Bahkan, berdasarkan riset yang dilakukan oleh Boston Consulting Group, pasar cloud Indonesia diprediksi akan mengalami pertumbuhan rata-rata (CAGR) sebesar 25 persen, dari US$0,2 miliar pada 2018 menjadi US$0,8 miliar pada 2023 mendatang.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Akbar Evandio
Editor : Kahfi
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper