Bisnis.com, JAKARTA - Asosiasi Modal Ventura untuk Startup Indonesia (Amvesindo) menilai masih ada potensi di segmen pasar bisnis grosir daring (e-grocery) meskipun banyak startup pemainnya yang menutup layanan.
Bendahara Amvesindo Edward Ismawan Chamdani menilai seharusnya ada startup yang mengincar e-grocery tidak hanya fokus di permintaan, tetapi pada pertumbuhan.
Dia menilai perlu ada startup yang lebih fokus ke satu sektor komoditas, membangun teknologi scalable agar hasil panen bisa terjamin dari sisi kualitas, jumlah, timing panen, dan lokasi terkait transportasi.
"Ini perlu dilakukan startup agar melihat peluangnya. Sebagai contoh startup fokus ke ecofarming dibangun di ruko tengah kota andalkan penerangan yang dibuat artificial, tapi problem ke ecofarming ini terkait energi yang di-consume. Walau beberapa case belum bisa justified. Beberapa juga memang sudah," ujar Edward kepada Bisnis.com, Jumat (26/8/2022).
Dia pun mengatakan saat ini pasar e-grocery masih sangat berpotensi, hal ini dikarenakan Indonesia memiliki populasi yang besar dan saat ini sulit untuk mencari produk yang segar.
Adapun, baru-baru ini, Traveloka berencana menutup layanan Traveloka Mart. Ironisnya, layanan tersebut baru saja diluncurkan sejak 6 bulan lalu. Pihak Traveloka mengatakan langkah ini sebagai bagian dari strategi dan prioritas perusahaan.
Pada awal tahun ini, TaniHub startup khusus agritech ini telah menutup salah satu lini bisnis dan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap karyawannya.
Pada awal Maret 2022, TaniHub menghentikan semua layanan business to consumers (B2C), termasuk menutup gudang di Bandung dan Bali.
TaniHub mengatakan keputusan tersebut diambil dengan pertimbangan untuk mempertajam fokus dan meningkatkan pertumbuhan melalui kegiatan segmen business to business (B2B).
TaniHub pun mengakui dengan adanya penghentian operasional warehouse di Bandung dan Bali mengakibatkan adanya PHK bagi sejumlah pekerja.