Bisnis.com, JAKARTA – PT Jasa Marga (Persero) Tbk. buka suara perihal dugaan kebocoran data pelanggan anak usahanya di bidang pengoperasian jalan tol, PT Jasamarga Tollroad Operator (JMTO).
Corporate Communication Community Development Group Head PT Jasa Marga (Persero) Tbk. Lisye Octaviana memastikan bahwa data dimaksud adalah data internal dan administrasi yang ada di aplikasi PT JMTO serta dipastikan tidak berkaitan dengan data pelanggan.
"Dapat kami sampaikan bahwa data dimaksud adalah data internal dan administrasi yang ada di aplikasi PT JMTO serta dipastikan tidak berkaitan dengan data pelanggan," katanya kepada Bisnis, Kamis (25/8/2022).
Terkait persoalan tersebut, Lisye menyebut PT JMTO saat ini telah menonaktifkan server yang terdampak serangan dan melakukan pemulihan atas data tersebut serta memindahkan sistem ke server yang lebih aman.
PT JMTO, sambungnya, juga telah menutup celah kerentanan keamanan aplikasi serta menjalin kerja sama dengan pihak yang kompeten dalam melakukan asesmen keamanan siber dalam sistem di PT JMTO.
"Jasa Marga akan terus mengevaluasi serta terus meningkatkan sistem keamanan siber Jasa Marga Group, tidak hanya untuk internal tetapi juga kepada stakeholder eksternal," imbuhnya.
Sebelumnya, dugaan kebocoran data kembali terulang usai publik dihebohkan dengan laporan kebocoran data milik PLN dan IndiHome Telkom. Kali ini giliran data milik PT Jasa Marga yang diduga bocor dan lagi-lagi dibagikan di forum hackers breached.to.
Berdasarkan pantauan Bisnis, Rabu (24/8/2022) di situs breached.to, akun bernama Desorden mengunggah sampel data yang diduga milik Jasa Marga.
Dia juga mengeklaim menjadi pihak yang bertanggung jawab atas peretasan dan pelanggaran data PT Jasa Marga Tollroad Operator tersebut.
"INI ADALAH KELOMPOK DESORDEN. Kami bertanggung jawab atas peretasan dan pelanggaran data PT JASAMARGA TOLLROAD OPERATOR (https://www.jmto.co.id), operator jalan tol dan jalan tol terbesar di Indonesia, dengan laba bersih Rp1,62 triliun pada tahun 2021," tulisnya di situs tersebut.
Akun tersebut bahkan mengeklaim memiliki 252 GB data, pengkodean, dan dokumen, di lima server mereka. Adapun data yang dibobol tersebut melibatkan data pengguna, pelanggan, karyawan, data perusahaan dan keuangan Jasa Marga.