Bisnis.com, JAKARTA - Pengembangan teknologi metaverse secara bertanggung jawab dan akuntabel dinilai dapat berperan bagi keberlanjutan lingkungan, terutama bagi industri mode atau fesyen.
Juru Bicara Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) Dedy Permadi mengatakan manfaat yang dirasakan bisa melalui utilisasi virtual reality, augmented reality, dan mixed reality.
"Salah satu sektor yang bisa menuai manfaat dari kemajuan metaverse adalah industri mode atau fesyen. Industri ini dapat memproduksi limbah yang lebih sedikit dengan menggunakan medium virtual clothing, juga dengan menyelenggarakan fashion show di metaverse,” kata Dedy, Kamis (7/7/2022).
Baca Juga Mengenal Sejarah Metaverse di Dunia |
---|
Menurut Dedy yang juga menjabat sebagai Staf Khusus Menkominfo Bidang Digital dan Sumber Daya Manusia itu, metaverse dapat jadi enabler dalam mencapai dan meningkatkan kesadaran akan tujuan pembangunan berkelanjutan (sustainable development goals/SDGs).
Dia menyebut, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) bahkan mendukung inisiatif kompetisi pembuatan SDGs experience menggunakan teknologi virtual reality dalam metaverse.
"Meskipun memiliki manfaat yang menjanjikan, penggunaan infrastruktur TIK berskala besar dalam pengembangan metaverse dapat berpotensi meninggalkan jejak karbon dan mengkonsumsi energi yang signifikan," ujarnya.
Dedy mencontohkan, rata-rata transaksi Ethereum, sebagai salah satu cryptocurrency yang juga digunakan dalam metaverse, mengkonsumsi 60 persen lebih banyak energi dibandingkan transaksi dari 100.000 kartu kredit. Selain itu, rata-rata satu transaksi dari non-fungible token (NFT) menghasilkan 48 kilogram CO2, atau sama dengan membakar 18 liter diesel.
Maka dari itu, dia menilai dibutuhkan pengadopsian infrastruktur TIK yang ramah lingkungan untuk meminimalisasi risiko lingkungan dan membangun dunia metaverse yang inklusif dan berkelanjutan.
"Beberapa negara di dunia pun telah memulai pengembangan metaverse dengan pendekatan yang berkelanjutan, misalnya melalui pembentukan Metaverse Alliance di Korea Selatan dan pengembangan teknologi digital twins di Inggris, Australia, Singapura, dan Tiongkok," ujarnya.
Dedy menambahkan, sebagai bentuk ekstensif dari dunia daring dan visi masa depan internet, metaverse juga memiliki potensi ekonomi yang besar secara global.
Metaverse diproyeksikan akan bernilai sebesar US$5 triliun pada 2030, didukung oleh aktivitas-aktivitas relevan di dalamnya, seperti e-commerce dan virtual advertising.