Kemenkominfo Jelaskan Hak Labuh Satelit Starlink Milik Elon Musk

Khadijah Shahnaz
Senin, 13 Juni 2022 | 08:45 WIB
Founder Tesla Elon Musk/ Bloomberg
Founder Tesla Elon Musk/ Bloomberg
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) memberikan penjelasan soal Hak Labuh Satelit Starlink milik Elon Musk yang resmi masuk dan mendapatkan izin beroperasi di Indonesia. 

Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Johnny G Plate sudah memberikan Hak Labuh Satelit Khusus Non Geostationer kepada PT Telkom Satelit Indonesia (Telkomsat).

Merujuk pada Permen Kominfo No. 21/2014, Hak Labuh (Landing Right) Satelit adalah hak untuk menggunakan Satelit Asing yang diberikan oleh Menteri kepada Penyelenggara Telekomunikasi atau Lembaga Penyiaran.

Juru Bicara Kemenkominfo Dedy Permadi menegaskan Hak Labuh Satelit tersebut hanya berlaku untuk layanan backhaul dalam penyelenggaraan jaringan tetap tertutup PT Telkomsat bukan untuk layanan retail pelanggan akses internet secara langsung oleh Starlink.

Backhaul adalah teknologi yang memfasilitasi perpindahan data dari satu infrastruktur telekomunikasi ke telekomunikasi lainnya. Teknologi ini dapat digunakan untuk mendukung penyediaan layanan broadband internet terutama selular 4G.

"Terutama di daerah rural yang belum tersambung secara langsung dengan kabel serat optik," ujar Dedy dalam keterangan resmi pada Senin (13/6/2022).

Layanan satelit Starlink hanya dapat beroperasi jika pembangunan Gateway Station - Teresterial Component untuk menerima layanan kapasitas Satelit Starlink serta pengurusan Izin Stasiun Radio (ISR) Satelit Starlink telah dirampungkan oleh Telkomsat.

Sebagai pemegang eksklusif atas Hak Labuh Satelit Starlink maka Telkomsat berhak mendapatkan layanan backhaul satelit.

Operasional pemanfaatan layanan Starlink oleh Telkomsat wajib tunduk pada regulasi yang berlaku, termasuk pemenuhan kewajiban hak labuh. Izin hak labuh akan dievaluasi setiap tahun dan dapat diperpanjang berdasarkan hasil evaluasi dan sesuai dengan ketentuan perundangan-undangan yang berlaku.

Hubungan perdagangan bilateral di sektor telekomunikasi dan digital antara Indonesia dan Amerika Serikat berkembang pesat. Kerja sama kedua negara tersebut juga mencakup rencana Indonesia untuk memiliki 3 satelit generasi terbaru yakni 150 Gb Very High Throughput Satellite (VHTS) diberi nama SATRIA (Ka- Band), 80 Gb Very High Throuhput Satellite (VHTS) sebagai Hot Backup Satellite (Ka-band), dan 32 Gb High Throughput Satellite (HTS) yg di miliki Telkomsat (C & Ku- band).

"Ketiga satelit ini di rencanakan akan menggunakan roket peluncur SpaceX - Falcon 9 dan merupakan jenis satelit yang mengorbit di Geostasioner Orbit," tutup Dedy.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Khadijah Shahnaz
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper