Startup Banyak PHK, Hary Tanoe: Hari Keemasan Startup Sudah Berakhir

Khadijah Shahnaz
Rabu, 1 Juni 2022 | 12:21 WIB
Hary Tanoesoedibjo, Executive Chairman MNC Group. /Bisnis.com
Hary Tanoesoedibjo, Executive Chairman MNC Group. /Bisnis.com
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Melihat maraknya berita pemberitaan terkait PHK di perusahaan rintisan alias startup di Indonesia, Taipan Indonesia Hary Tanoesoedibjo mengatakan hari- hari emas startup sudah berakhir.

Dilansir dari laman instagram resmi miliknya, Hary mengatakan indikator bisnis yang sehat dapat terlihat dengan arus kas yang positif atau keuntungan. 

"At the end of the day, healthy business must generate positive cash flow," ujar  Hary dilansir dari @hary.tanoesoedibjo pada Rabu (1/6/2022)

Sebagai informasi startup baru mendapatkan keuntungan biasanya pada tahun ke 5,7, atau 10 setelah didirikan. Di mana pada masa - masa awal, startup membutuhkan bantuan dari investor untuk memberikan pendanaan mulai dari pre seed ,funding, seri A, seri B, seri C dan seterusnya.

Adapun, untuk mendapatkan pendanaan bagi startup tidaklah mudah jika tidak memiliki model bisnis yang jelas dan rencana untuk mendapatkan keuntungan yang benar, jika dana investor digunakan sebagai alat "bakar uang" jelas pendanaan akan sulit.

Hary menjelaskan pemberian dana dari investor hanyalah sarana untuk mendapatkan  pangsa pasar yang pada akhirnya mengarah pada bisnis yang sehat.

"Providing subsidies is only a means to gain market share which ultimately leads to a healthy business, The golden days of startup are already over," tutup Hary

Berbeda dengan Hary, Direktur Center of Economic and Law Studies Bhima Yudhistira menilai masa depan startup di Indonesia masih sangat menjanjikan.

Namun, jumlah startup di Indonesia mungkin berkurang dan berakhir pada beberapa perusahaan dengan kondisi keuangan yang baik atau memiliki lini produk yang bermanfaat bagi konsumen.

"Belajar dari tech bubble 2001 lalu justru memunculkan gelombang inovasi yang lebih besar di sektor digital. Setiap ada koreksi pada ekosistem digital, maka akan memunculkan unicorn baru dan layanan yang lebih relevan bukan sekedar perlombaan bakar uang semu,"ujar Bhima kepada Bisnis, Senin (30/5/2022)

Bhima juga menilai saat ini investor lebih selektif dalam memilih startup yang memiliki prospek jangka panjang. Dia menambahkan investor kerap mempertimbangkan cashflow dan pendapatan dibanding valuasi yang terlalu besar dan pertumbuhan cepat.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Khadijah Shahnaz
Editor : Hafiyyan
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper